ANALISIS KUALITATIF PROTEIN
BAB IV
ANALISIS KUALITATIF PROTEIN
PRE LAB
TUJUAN :
- Mengetahui prinsip dasar uji kualitatif protein
- Mengetahui perbedaan prinsip dari masing-masing
metode
A. Pre-lab
1. Bagaimana
prinsip analisis protein dengan metode ninhidrin?
Prinsip analisis protein dengan
ninhidrin yaitu mengidentifikasi adanya protein dalam suatu bahan dimana asam
amino bebas (asam amino dimana gugus aminonya tidak terikat) akan bereaksi
dengan ninhidrin dan membentuk senyawa kompleks berwarna ungu. Prinsip
analisis protein dengan metode nihidrin yaitu asam amino akan bereaksi dengan
nihidrin membentuk aldehid dengan suatu atom C lebih rendah serta melepaskan
molekul lNH3 dan CO2. Sedangkan nihidrin yang telah
bereaksi akan membentuk hidridantin. Hasil positif metode nihidrin akan ditandai
dengan terbentuknya kompleks warna biru/keunguan. Hal ini disebabkan oleh
molekul nihidrin dan hidridantin bereaksi dengan NH3 setelah gugus
asam amino teroksidasi. Reaksi dinyatakan positif jika terjadi perubahan
warna larutan sampel menjadi ungu, dan reaksi dinyatakan negatif jika tidak
terjadi perubahan warna. Reaksi ninhidrin harus didahului olehreaksi
hidrolisis protein, ninhidrin ditambahkan pada dalam larutan dan kemudian
larutantersebut dipanaskan. Terjadi 2 tahap yaitu reaksi pembentukan warna
dan reaksipembentukan ninhidrin tereduksi. Warna yang terbentuk adalah warna
ungu sampai biruyang dikenal dengan kompleks ruhemann (Wallace, 2008)
|
2. Bagaimana
prinsip analisis protein dengan metode biuret?
Metode biuret merupakan
salah satu metode analisis kualitatif protein yang digunakan untuk
mengidentifikasi ada atau tidaknya ikatan peptida dalam suatu sampel. Metode
biuret merupakan uji yang paling umum
digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya ikatan peptida yang membentuk suatu
protein. Adanya ikatan peptida
mengidentifikasikan bahwa sampel tersebut mengandung protein.Prinsip dari uji
biuret ini yaitu ion Cu2+ akan bereaksi dengan
ikatan peptida dalam suasana basa. Ion Cu2+ yang
bereaksi dengan ikatan peptida akan membentuk senyawa kompleks warna ungu
yang merupakan indikator hasil uji positif pada uji biuret. Reaksi biuret
hanya akan menunjukkan hasil pisitif pada sampel yang terdiri dari dua ikatan
peptide atau lebih. Reaksi ini positif terhadap dua buah ikatan peptide
atau lebih, tetapi negative untuk asam amino bebas atau ikatan peptida. Intensitas warna ungu menunjukkan jumlah ikatan
peptide yang ada pada protein. Protein melarutkan hidroksida tembaga untuk
membentuk kompleks warna.Reaksi pembentukan warna ini dapat terjadi pada
senyawa yang mengandung dua gugus karbonil yangberikatan dengan nitrogen atau
atom karbon (Arisman,
2008).
|
3. Kondisi apa yang sebaiknya diberikan pada
saat pengujian protein serta jelaskan alasannya!
Kondisi yang sebaiknya diberikan pada saat pengujian protein adalah kondis basa atau alkali, karena CuSO4 dalam
suasana basa akan bereaksi dengan ikatan peptida yang kemudian dapat
membentuk senyawa kompleks berwarna ungu. Protein memiliki sifat amfoter,
tetapi dalam keadaan basa barulah pereaksi seperti ion Cu2+ pada
biuret dapat bereaksi dengan polipeptida untuk membentuk senyawa kompleks
yang berwarna ungu akibat adanya reaksi antara cadangan N dari peptida dan O
dari air jika reaksi tersebut berlangsung positif. Warna yang dihasilkan
tergantung dengan panjang ikatan peptidanya. Jika ikatan peptida semakin
panjang maka warna akan semakin gelap tetapi jika ikatan peptida semakin
pendek warna akan memudar (Ash, 2010).
|
TINJAUAN
PUSTAKA
1. Protein
Protein merupakan
persenyawaan kompleks yang dihasilkan dari polimerisasi asamasam amino yang
terikat satu sama lain melalui ikatan peptide(-CO-NH-). Protein merupakan
senyawa yang sangat penting dalam sistem kehidupan karena protein memainkan
peran yang sangat vital dalam semua aktivitas sel-sel tubuh makhluk hidup. Protein
tersusun beberapa atas asam amino yang terikat dalam rantai lurus yang disebut ikatan
peptida. Ada dua jenis protein yaitu protein sederhana dan protein kompleks. Protein
memiliki karakteristik sebagai katalis biokimia, pengukur pergerakan, penunjang
mekanisme tubuh dan pengendali pertumbuhan (Ash, 2010).
Protein merupakan senyawa terpenting penyusun sel
hidup, yang terdapat dalam semua jaringan hidup baik tumbuhan, hewan maupun
tubuh kita. Protein sangat penting bagi makhluk hidup, antara lain sebagai
sumber energi, mensintesis atau memperbaiki jaringan yang rusak, alat
transport, melindungi kita dari berbagai penyakit, dan sebagai enzim yang
mengkatalis berbagai reaksi metabolisme. Protein merupakan salah satu
contoh polimer alam yang mempunyai struktur paling kompleks diantara contoh
polimer alam lainnya, misalnya: karbohidrat dan lemak. Molekul – molekul pada
protein mempunyai bobot molekul yang tinggi, misalnya pada albumen pada telur
yang mempunyai berat molekul(BM) yang tinggi yaitu 40.000 – 45.000 (Poedjiadi,
2010).
Protein merupakan komponen yang
terdiri atas atom karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen dan beberapa mengandung
sulfur. Asam amino yang menyusun protein memiliki berat molekul yang relatif
besar,yaitu 8.000 sampai 10.000. Protein yang hanya tersusun dari asam amino,
disebut protein sederhana.Sedangkan protein yang tidak hanya mengandung
asam amino namun juga mengandung bahan lain seperti vitamin, lemak dan
karbohidrat, maka protein yang demikian disebit protein kompleks. Pada suatu
produk makanan, kualitas protein ditentukan oleh jenis asam amino dan jumlah
asam amino (Falk, 2011).
2. Uji
Ninhidrin
Uji ninhidrin adalah
metode yang digunakan untuk menganalisa protein (asam amino) secara kualitatif.
Dalam uji ini digunakan larutan ninhidrin untuk mendeteksi semua jenis asam
amino. Uji ninhidrin ini didasarkan pada reaksi yang terjadi antara asam amino
dengan ninhidrin.Asam amino akan bereaksi dengan ninhidrin membentuk aldehida
dengan satu atom C yang lebih rendah dan melepaskan molekul NH3 dan
CO2. Selain melepaskan NH3 dan CO2, asam
amino yang bereaksi dengan ninhidrin akan membentuk warna ungu atau biru.Warna
yang dihasilkan tersebut disebabkan karena molekul ninhidrin dan hidratin yang
bereaksi dengan NH3 setelah asam amino tersebut dioksidasi. Prolin
dan hidroksiproline jika diuji dengan menggunakan ninhidrin akan menimbulkan
warna kuning hal ini dikarenakan tidak adanya
asam α-amino (Scopes,
2013).
3. Uji
Biuret
Uji biuret digunakan
untuk menunjukkan adanya ikatan peptida dalam suatu zat yang diuji. Adanya ikatan peptida mengindikasikan adanya
protein, karena asam amino berikatan dengan asam amino yang lain melalui ikatan
peptida membentuk protein. Uji biuret dilakukan pada komponen yang memiliki 2 atau
lebih ikatan peptida. CuSO4 akan bereaksi dengan NaOH untuk membentuk
Cu(OH)2 yang bereaksi dengan ikatan peptida membentuk senyawa
kompleks berwarna ungu dalam kondisi basa. Reaksi akan menunjukan hasil positif
apabila terdapat ikatan peptida 2 atau lebih. Reaksi pembentukan warna ini
dapat terjadi pada senyawa yang mengandung 2gugus karbonil yang berikatan
dengan nitrogen atau atom karbon (Ishanda, 2014).
4. Fungsi
Reagen
·
Reagen Ninhidrin
Ninhidrin merupakan
hidrat dari triketon siklik. Reagen ini dibuat dengan melarutkan ninhidrin
dengan etanol yang selanjutnya diencerkan dengan aquades. Reagen ninhidrin
termasuk oksidator yang kuat dan dapat menyebabkan terjadinya
dekarboksilasi oksidatif asam α-amino. Pada uji ninhidrin, reagen
ninhidrin akan bereaksi dengan asam amino dan menghasilkan kompleks warna ungu
(Machin, 2012).
·
Reagen Biuret
Reagen biuret merupakan
senyawa dengan rumus kimia H2NC(O)NHC(O)NH2. Reagen
bieuret ini merupakan hasil kondensasi dari dua molekul urea. Reagen biuret ini
dapat menyebabkan iritasi jika terpapar pada daerah sensitif pada jangka waktu
yang lama.Reagen biuret digunakan dalam uji biuret untuk mengidentifikasi
adanya ikatan peptida pada suatu zat yang diuji (Scopes, 2013).
5. Tinjauan
Bahan
5.1 Aspartam
Aspartam merupaka pemanis buatan yang
mempunyai kadar kemanisan 200kali lebih manis daripada gula. Aspartam terdiri
dari asam amino yang tersusun dari fenilalanin dan asam
asparat.Aspartam dijual dengan nama dagang Equal, Nutra Sweet dan
Canderel.Penggunaan aspartam dalam jangka waktu yang dala dapat menyebabkan
penyakit-penyakit seperti tumor otak, leukimia, lupus dan lain-lain (Kristianti, 2009).
(Kristianti, 2009).
5.2 Gelatin
Protein yang berasal dari jaringan kolagen
hewan, biasanya dari kulit dan
tulang babi atau sapi. Biasa digunakan dalam industri makanan,
farmasi, obat obatan. Gelatin
tinggi akan kadar protein khususnya asam amino dan rendahnya kadar lemak.
Gelatin kering mengandung kira-kira 84 – 86 % protein, 8 – 12 % air dan 2 – 4 %
mineral. Gelatin mengandung 9 asam amino essensial, satu asam amino essensial
yang hampir tidak terkandung dalam gelatin yaitu triptofan (Kristianti, 2009).
(Kristianti,
2009).
5.3 MSG
MSG atau monosodium glutamat
merupakan zat aditif makanan yang biasanya digunakan sebagai penyedap rasa. MSG
terbuat dari fermentasi tetes tebu dan pati makanan. MSG merupakan bentuk garam
dari natrium glutamat. Glutamat adalah suatu asam amino yang dijumpai pada
makanan kaya protein. MSG adalah garam sodium dari glutamat. Komposisi monosodium glutamate
adalahnatrium 12 %, glutamate 78 % dan air 10 %. Sehingga MSG adalah unsur
nutrisi bukanunsur kimia berbahaya. MSG diperoleh melalui proses fermentasi
dari bahan tetestebu atau pati-patian (Kristianti, 2009).
(Kristianti,
2009).
5.4 Susu skim
Susu skim merupakan susu yang rendah kolesterol dan
lebih rendah kalori.Susu skim mengandung semua komponen susu kecuali lemak dan
vitamin.Kandungan lemak pada susu skim ini hanya 1%- 2%. Susu skim atau biasa
disebut dengan susu non fat. Susu skim adalah susu yangmemiliki kadar lemak
yang telah dikurangi hingga batas maksimal. Susu skimmengandung semua kandungan
susu murni kecuali lemak dan vitamin yang larutdalam lemak (Kristianti, 2009).
(Kristianti,
2009).
DIAGRAM ALIR
1. Uji
Ninhidrin
Dimasukkan
dalam air mendidih selama 15-20 detik
Diamati
warna larutan
2.
Uji Biuret
Dimasukkan dalam tabung reaksi
Dikocok
Diamati perubahan warna
D. HASIL PERCOBAAN DAN PENGAMATAN
1. Uji Ninhidrin
a. Tuliskan data hasil uji Ninhidrin
No.
|
Sampel
|
Sebelum Pemanasan
|
Sesudah Pemanasan
|
Hasil uji
|
1
|
Susu Skim
|
Kuning keruh, ada endapan.
|
Kuning keruh. (namun setelah pemanasan lanjutan warna berubah menjadi
ungu)
|
-
|
2
|
MSG
|
Ungu.
|
Ungu pekat
|
+
|
3
|
Aspartam
|
Bening, ada endapan.
|
Ungu muda
|
+
|
4
|
Gelatin
|
Kuning keruh
|
Ungu
|
+
|
b. Bahas dan
bandingkan data-data hasil uji Ninhidrin dari beberapa sampel dalam percobaan
ini!
·
Hasil uji ninhidrin dibandingkan dengan literatur
Berdasarkan data hasil pengamatan, pada sampel
pertama, susu skim, warna yang teramat sebelum pemanasan adalah kuning bening.
Setelah dilakukan pemanasan selama 20 detik, warna susu skim tidak berubah.
Sehingga dapat dikatakan sampel hasil uji adalah negative. Namun setelah
dilakukan pemanasan berlanjut warna susu skim mulai berubah menjadi keunguan
hal ini dikareanakan pemanasan pada susu skim mengakibatkan destruksi susunan
protein. Pada sampel MSG, warna yang teramati sebelum pemanasan adalah bening.
Tetapi setelah pemanasan sampel beruah warna menjadi ungu pekat. Hal ini
menunjukkan uji sampel MSG adalah positif. . Pada sampel aspartam, warna yang
teramati sebelum pemanasan adalah bening. Tetapi setelah pemanasan sampel
berubah warna menjadi ungu muda. Hal ini menunjukkan uji sampel aspartam adalah
positif. . Pada sampel gelatin, warna yang teramati sebelum pemanasan adalah
kuning keruh. Tetapi setelah pemanasan sampel berubah warna menjadi ungu. Hal
ini menunjukkan uji sampel gelatin adalah positif.
Dalam uji ninhidrin adanya asam amino bebas dalam
sampel diketahui dari terbentuknya kompleks warna ungu. Terbentuknya kompleks warna ungu ini karena adanya reaksi antara ninhidrin
dengan asam amino sehingga membentuk CO2, H2O, aldehid dan kompleks warna ungu. Kompleks warna ungu inilah yang kemudian dapat dijadikan acuan untuk mengidentifikasi asam amino bebas
dalam suatu sampel. Pada sampel pertama yaitu susu skim hasil
ujinya negative. Hal ini sesuai dengan literatur. Susu skim mengandung protein
yang sudah agak kompleks, sehingga tidak mengandung asam amino bebas. Oleh
karena itu hasil uji peada sampel pertama menunjukkan hasil negative (Brucker, 2012).
Pada sampel kedua, MSG, hasil uji ninhidrinnya
positif. Hal ini ditunjukkan dengan terbentuknya kompleks warna ungu pekat.
Hasil uji yang diperoleh juga sudah sesuai dengan literature. Dimana MSG hanya
memiliki satu asam amino terkristalisasi, sehingga hasil uji sangat positif dan
warna yang dihasilkan juga sangat pekat, berupa ungu tua (Harmata, 2009).
Pada sampel ketiga, Aspartam, aspartam juga
menunjukkan hasil positif. Namun pada aspartame warna yang terbentuk tidak
sepekat pada MSG. hasil ini juga sudah sesuai dengan literature. Dimana
aspartam memiliki dua asam amino bebas. Sehingga diperoleh hasil positf berupa
warna ungu, namun karena kandungan asam amino MSG lebih banyak maka warna yang
di hasilkan oleh uji pada aspartam berupa ungu muda (Waluyo, 2010).
Pada sampel keempat yaitu gelatin, hasil yang
diperoleh adalah positif. Ditunjukkan dengan perubahan warna dari kuning keruh
menjadi ungu. Hal ini tidak sesuai dengan literatur. Gelatin merupakan bagian
dari kolagen, salah satu jaringan ikat dalam tubuh hewan. Kolagen merupakan
salah satu protein kompleks, sehingga tidak mungkin mengandung asam amino
bebas. Selain itu ikatan peptidanya juga angat kuat sehingga sulit bereaksi
dengan reagen ninhidrin. Oleh karena itu seharusnya hasil yang diperoleh pada
uji ninhidrin dengan sampel glikogen adalah negative (Brucker, 2012).
·
Reaksi yang terjadi
(Waluyo, 2010).
2.
Uji Biuret
a. Tuliskan data hasil uji Biuret
No.
|
Sampel
|
Sebelum ditambah reagen
|
Sesudah ditambah reagen
|
Hasil uji
|
1
|
Susu skim
|
Kuning bening, ada endapan.
|
Ungu.
|
+
|
2
|
MSG
|
Bening
|
Ungu jernih, bening
|
+
|
3
|
Gelatin
|
Kuning bening
|
Merah violet
|
+
|
4
|
Aspartam
|
Putih keruh, ada endapan
|
Biru jernih
|
-
|
b. Bahas dan bandingkan data-data hasil uji Biuret dari beberapa
sampel dalam percobaan ini!
·
Hasil uji biuret dibandingkan dengan literatur
Sampel pertama diujikan pada susu skim.
Hasil pengujian menunjukkan susu skim positif mengandung dua atau lebih ikatan
peptida dengan perubahan warna yang awalnya berwarna putih susu menjadi ungu
pada bagian atas. Susu skim memiliki ikatan peptida didalamnya meskipun susu
skim tersusun dari asam-asam amino yang membentuk ikatan peptida yang tidak
begitu panjang. Hal tersebut sudah cukup untuk dapat diidentifikasi dengan
menggunakan uji biuret (Array, 2010).
Sampel selanjutnya adalah MSG (Monosodium
Glutamat). Pada pengujian MSG perubahan warna tidak terjadi. Warna awal sebelum
ditambahkan reagen adalah bening kemudian setelah ditambahkan reagen warna
menjadi ungu. Menandakan MSG positif memiliki ikatan peptida. Hal ini tidak
sesuai dengan literature yang menyatakan bahwa MSG tidak memiliki ikatan
peptida karena MSG merupakan garam natrium dari asam glutamat (hanya memiliki 1
senyawa asam amino) sehingga tidak terdapat ikatan peptida didalamnya karena
tidak ada senyawa asam amino lain untuk
berikatan (Winarno, 2012).).
Sampel ketiga diujikan pada gelatin. Hasil
pengujian dinyatakan positif pada pada gelatin karena terjadi perubahan warna
dari bening menjadi merah violet. Gelatin memiliki ikatan peptida karena
gelatin tersusun dari beberapa asam amino yaitu prolin, hidroksiprolin, sistein
dan triptofan. Pembentukan ikatan peptida terbentuk karena sifat amfoternya,
maka dua molekul asam amino atau lebih dapat bersenyawa satu sama lain (Marzuki
et al, 2011).
Sampel uji biuret terakhir adalah aspartam.
Hasil pengujian menunjukkan terdapat perubahan warna dari putih kapur menjadi
biru di bagian atas. Perubahan warna tersebut dinyatakan negatif. Menurut
Waluyo L (2010), aspartam merupakan bentuk metil ester dari dipeptida dua asam
amino yaitu asam amino asam aspartat dan asam amino essensial fenilalanin yang
ketika dipanaskan ikatan peptidanya putus (Poedjaji, 2011).
·
Reaksi yang terjadi
(Marzuki et al,
2011).
E. PEMBAHASAN
1. Uji
Ninhidrin
Analisa Prosedur
Pada
uji Ninhidrin hal pertama yang harua dilakukan adalah mempersiapkan alat dan
bahan antaralain tabung reaksi, penjept tabung, pipet ukur gelas ukur, bulb
serta label. Dan bahan yang digunakan antara lain susu skim, MSG, aspartame dan
gelatin. Label digunakan untuk menandai sampel dan pipet agar tidak sampai tertukar,penjepit
tabung reaksi untuk menjepit tabung reaksi ketika dipanaskan, rak tabung
reaksiuntuk tempat tabung reaksi, tabung reaksi untuk mereaksikan sampel dengan
reagenninhidrin, bulb dan pipet ukur untuk mengambil sampel dan reagen.
Pada uji ninhidrin, sebanyak 2 ml sampel dimasukkan ke
dalam tabung reaksi kemudian tambahkan lagi pereaksi ninhidrin. Pereaksi ninhidrin berfungsi sebagai
pereaksi yang akan bereaksi
dengan asam amino bebas dalam suatu larutan. Sampel yang digunakan adalah
larutan susu skim, larutan larutan gelatin, larutan
monosodium glutamat, larutan aspartam. Perubahan warna saat penambahan ninhidrin belum
signifikan terjadi karena belum dilakukan pemanasan. Selanjutnya masukkan tabung reaksi ke dalam
air mendidih selama 20 detik. Perlakuan ini bertujuan untuk mempercepat reaksi. Warna ungu akan muncul
dan menyebar perlahan saat
pemanasan. Perubahan warna larutan menjadi ungu pada larutan sampel
menandakan bahwa sampel tersebut terdapat kandungan asam
α-amino yang bebas. Pembentukan
larutan kompleks berwarna ungu ini terjadi karena dekarboksilasi oksidatif dari
asam amino dan produksi ninhidrin tereduksi, NH3 dan CO2 . Selain itu, terjadi reaksi antara
ninhidrin tereduksi dengan molekul ninhidrin yang lain
dan dengan molekul NH 3 yang dibebaskan sehingga terbentuk kompleks berwarna ungu. Semakin pekat warna
ungu yang muncul maka
jumlah asam amino bebas pada sampel semakin banyak.
Analisa Hasil
Pengujian
sampel pertama dilakukan pada larutan susu skim. Setelah dilakukan pengujian,
sampel larutan susu skim berubah menjadi warna ungu yang menandakan hasil
positif mengandung asam amino bebas. Protein yang dikandung oleh susu skim
paling besar adalah kasein. Kasein mengandung semua asam-asam amino esensial.
Salah satu asam amino esensial yang terdapat di dalam susu skim adalah
triptofan dan tirosin. Selain kasein terdapat jenis protein lain yaitu albumin
dan globulin. Asam amino bebas berasal dari protein albumin yaitu glutamin dan
trisin (Array, 2009).
Pengujian
selanjutnya dilakukan pada sampel larutan MSG (Monosodium Glutamat).
Berdasarkan hasil pengujian, MSG menunjukkan hasil positif mengandung asam
amino bebas. Pada MSG terdapat asam amino non esensial yaitu asam glutamat.
Asam glutamate kemudian ditambah soda (Natrium karbonat) sehingga terbentuk
monosodium glutamat (MSG). Glutamat yang terdapat di dalam MSG dan yang berasal
dari hidrolisa protein tumbuhan merupakan glutamat dalam bentuk bebas. Konsumsi
glutamat bebas akan meningkatkan kadar glutamate dalam plasma darah (Loliger,
2010).
Sampel
ketiga adalah aspartam. Aspartam merupakan salah satu pemanis buatan nutritive
(artificial sweetener). Hasil pengujian menunjukkan positif mengandung asam
amino karena lautan berwarna ungu muda. Aspartam tersusun dari 2 macam asam
amino yaitu asam aspartat dan fenilalanin. Gugus amina (NH2 ) yang
bebas terdapat pada salah satu gugus asam aspartat. Berdasarkan literatur,
kebeneran pengujian terletak pada hasil yang positif. Peluang terjadi kesalahan
pengujian dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti tidak dilakukan pengocokan
terlebih dahulu pada sampel karena sampel berbentuk suspensi, umur simpan dari
sampel dan reagen, kemurnian sampel (tidak ada kontaminasi), serta kesalahan pelabelan
pada sampel (Winarno, 2012).
Sampel
terakhir adalah gelatin. Hasil uji positif mengandung asam amino bebas. Warna
awal berwarna kuning keruh setelah pemanasan warnanya menjadi ungu. Gelatin
tersusun atas beberapa asam amino yaitu prolin, hidroksiprolin, sistein, dan
triptofan. Pada uji ninhidrin, jika sampel mengandung asam amino prolin hasil
positif ditunjukkan dengan warna kuning bukan biru. Sehingga pada uji ninhidrin
dengan sampel gelatin hasil uji dapat berpeluang positif (Marzuki et al, 2011).
Kesalahan hasil pengujian dapat disebabkan beberapa hal seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya pada uji ninhidrin dengan aspartame (Lundblad, 2014).
2.
Uji Biuret
Analisa Prosedur
Pada
uji biuret ini, alat yang dibutuhkan di antaranya tabung reaksi sebanyak 4
buah, penjepit tabung reaksi, pipet ukur, rak tabung reaksi, gelas ukur, bulb,
serta label. Sedangkan bahan yang dibutuhkan adalah reagen biuret berupa
larutan CuSO4 5%, larutan NaOH 10 % dan 4 buah sampel, yaitu susu
skim, aspartam, MSG, dan gelatin. Label digunakan untuk menandai sampel dan
pipet agar tidak sampai tertukar, penjepit tabung reaksi untuk menjepit tabung
reaksi ketika dipanaskan, rak tabung reaksi untuk tempat tabung reaksi, tabung
reaksi untuk mereaksikan sampel dengan reagen ninhidrin, bulb dan pipet ukur
untuk mengambil sampel dan reagen
Langkah awal dalam melakukan pengujian adalah memasukkan
sebanyak 3
ml sampel ke dalam tabung
reaksi. Kemudian ditambahkan sebanyak 1 ml NaOH 10%. Tabung reaksi
dikocok. Penambahan NaOH yang bersifat alkali bertujuan
untuk menciptakan suasana basa pada pengujian protein. Selain itu, penambahan basa juga berfungsi untuk
menjaga struktur protein
dan katalisator. Penambahan NaOH belum menentukan hasil positif atau negatif
dari
sampel, karena seharusnya tidak terjadi perubahan warna
pada sampel. Langkah selanjutnya adalah menambahkan 1-3 tetes CuSO 4 ke dalam tabung
reaksi. Pada saat perubahan warna mulai terbentuk sampel tidak perlu dilakukan pengocokan.
Warna ungu akan muncul dan menyebar jika CuSO 4 bereaksi dengan ikatan peptida pada sampel. Semakin
pekat warna ungu yang
muncul menandakan semakin banyak jumlah ikatan peptida pada sampel.
Analisa Hasil
Sampel
pertama diujikan pada susu skim. Hasil pengujian menunjukkan susu skim positif
mengandung dua atau lebih ikatan peptida dengan perubahan warna yang awalnya
berwarna putih susu menjadi ungu pada bagian atas. Susu skim memiliki ikatan
peptida didalamnya meskipun susu skim tersusun dari asam-asam amino yang
membentuk ikatan peptida yang tidak begitu panjang. Hal tersebut sudah cukup
untuk dapat diidentifikasi dengan menggunakan uji biuret (Waluyo L, 2010).
Sampel
selanjutnya adalah MSG (Monosodium Glutamat). Pada pengujian MSG perubahan
warna tidak terjadi. Warna awal sebelum ditambahkan reagen adalah bening
kemudian setelah ditambahkan reagen warna menjadi ungu. Menandakan MSG positif
memiliki ikatan peptida. Hal ini tidak sesuai dengan literature yang menyatakan
bahwa MSG tidak memiliki ikatan peptida karena MSG merupakan garam natrium dari
asam glutamat (hanya memiliki 1 senyawa asam amino) sehingga tidak terdapat
ikatan peptida didalamnya karena tidak ada senyawa asam amino lain untuk berikatan (Loliger,
2010).
Sampel
ketiga diujikan pada gelatin. Hasil pengujian dinyatakan positif pada pada
gelatin karena terjadi perubahan warna dari bening menjadi merah violet.
Gelatin memiliki ikatan peptida karena gelatin tersusun dari beberapa asam
amino yaitu prolin, hidroksiprolin, sistein dan triptofan. Pembentukan ikatan
peptida terbentuk karena sifat amfoternya, maka dua molekul asam amino atau
lebih dapat bersenyawa satu sama lain (Marzuki et al, 2011).
Sampel
uji biuret terakhir adalah aspartam. Hasil pengujian menunjukkan terdapat
perubahan warna dari putih kapur menjadi biru di bagian atas. Perubahan warna
tersebut dinyatakan negatif. Menurut Waluyo L (2010), aspartam merupakan bentuk
metil ester dari dipeptida dua asam amino yaitu asam amino asam aspartat dan
asam amino essensial fenilalanin yang ketika dipanaskan ikatan peptidanya putus
(Brucker, 2012).
PERTANYAAN
1.
Bagaimana reaksi yang terjadi antara sampel dengan
reagen pada uji Ninhidrin?
Uji
ninhidrin ini didasarkan pada reaksi yang terjadi antara asam amino dengan
ninhidrin.Asam amino akan bereaksi dengan ninhidrin membentuk aldehida dengan
satu atom C yang lebih rendah dan melepaskan molekul NH3 dan CO2.
Selain melepaskan NH3 dan CO2, asam amino yang
bereaksi dengan ninhidrin akan membentuk warna ungu atau biru.Warna yang
dihasilkan tersebut disebabkan karena molekul ninhidrin dan hidratin yang
bereaksi dengan NH3 setelah asam amino tersebut dioksidasi.
Prolin dan hidroksiproline jika diuji dengan menggunakan ninhidrin akan
menimbulkan warna kuning hal ini dikarenakan tidak adanya asam α-amino (Scopes,
2013).
2. Bagaimana
mengidentifikasi adanya ikatan peptida pada sampel dengan menggunakan uji
Biuret?
Reaksi
biuret hanya akan menunjukkan hasil pisitif pada sampel yang terdiri dari dua
ikatan peptide atau lebih. Reaksi ini positif terhadap dua buah ikatan peptide atau
lebih, tetapi negative untuk asam amino bebas atau ikatan peptida. Intensitas warna ungu menunjukkan jumlah ikatan peptide yang ada pada
protein. Protein melarutkan hidroksida tembaga untuk membentuk kompleks
warna.Reaksi pembentukan warna ini dapat terjadi pada senyawa yang mengandung
dua gugus karbonil yangberikatan dengan nitrogen atau atom karbon (Arisman, 2008).
KESIMPULAN
Prinsip
dasar uji kualitatif protein yaitu dengan mengidentifikasi adanya gugus asam
amino bebas ataupun adanya ikatan dipeptida atau polipeptida. Prinsip dari uji
ninhidrin yaitu menguji ada atau tidaknya protein dalam suatu senyawa dengan
menambahkan reagen ninhidrin untuk mengetahui jumlah asam amino bebas yang
terkandung di dalamnya.Sedangkan prinsip dari uji biuret adalah menguji ada
atau tidaknya protein dalam senyawa dengan menambahkan NaOH dengan CuSO4,
dimana ion Cu2+ dalam suasana basa akan bereakdi dengan
polipetida membentuk cincin ungu. Praktikum analisis kualitatif protein yang
dilakukan bertujuan untuk mengetahui prinsip dasar uji kualitatif protein dan
untuk mengetahui prinsip masing-masing metode. Dari data hasil percobaan diatas dapat disimpulkan
bahwa yang positif terhadap uji ninhidrin adalah MSG dan susu skim. Sedangkan
yang negatif terhadap uji ninhidrin ini adalah aspartam, gelatin. Sedangkan
sampel yang positif terhadap uji biuret adalah gelatin susu skim dan yang
negatif terhadap uji ini adalah MSG dan aspartam.
DAFTAR PUSTAKA TAMBAHAN
Array. 2009. Komponen Kimia pada
Susu. Jakarta: M-Brio Press
Bruckner,
Reinhard. 2012. Organic Mechanisms:
Reactions, Stereochemistry and Synthesis. Berlin: Springer-Verlag
Harmata, Michael.
2009. Food Chemistry Third Edition.
California: Elsiever
Loliger, J. 2010. Function and
Importance of Glutamate for Savory of Foods. The Journal of Nutrition, 130, 915S-920S
Lundblad, Roger L.
2014. Biochemistry and MolecularBiology Compendium. New York: Elsiever
Marzuki, et al. 2011. Ekstraksi dan Penggunaan Gelatin dari Limbah Tulang Ikan Bandeng (Chanos chanos forskal) Sebagai Emulgator dalam Formulasi Sediaan Emulsi. Majalah Farmasi dan Farmakologi, No. 2 (15): 63-68
Poedjiadi, Anna.
2011. Dasar-Dasar Biokimia.
Jakarta: Universitas Indonesia
Winarno, F. G.
2012. Kimia Pangan dan Gizi.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Waluyo, L. 2010. Kimia Organik. Malang: UMM Press
DAFTAR
PUSTAKA
Arisman, Dias. 2008. Buku Ajar Pedoman Mahasiswa
Ilmu Gizi . Semarang: Grafindo
Ash, Michael. 2010. Handbook of Fillers, Extenders,
and Diluents. New York: John Wiley &Sons
Falk, Ian. 2011. Managing Biosecurity Across Borders. Heidelberg: Springer
Ishanda, Lanang. 2014. Prinsip Kimia Organik Edisi III . Jakarta: Erlangga
Kristianti, Elizabeth.
2009.
Struktur Kimia Pangan
dan Gizi untuk Mahasiswa. Jakarta:Pustaka Aksara
Machin, Troy. 2012. Remington of Chemistry Structure. Philadephia: Wolters Kluwer Health
Scopes, Robert K. 2013.
Protein Purification:
Principles and Practice. Pennsylvania: Cengage Learning
Wallace, Thomas H. 2008. Methods of Testing
Protein Functionality . London: Elsiever
youtube.com: YouTube - Vimeo
BalasHapusVideo Game Production · youtube to mp3 https://youtu.be/Op9dxL2m4 | YouTube, YouTube · https://youtube.com: YouTube.