REAKSI SAPONIFIKASI SERTA PENGUJIAN SIFAT SURFAKTAN SABUN DAN DETERJEN


BAB V
REAKSI SAPONIFIKASI SERTA PENGUJIAN
SIFAT SURFAKTAN SABUN DAN DETERJEN

TUJUAN       :
·         Mempelajari proses saponifikasi suatu lemak dengan menggunakan kalium hidroksida dan natrium hidroksida
·         Mempelajari perbedaan sifat sabun dan detergen

A. Pre-lab

1. Jelaskan tentang reaksi saponifikasi suatu lemak !
Saponifikasi pada dasarnya adalah proses pembuatan sabun yang berlangsung dengan
mereaksikan asam lemak khususnya trigiserida dengan alkali yang menghasilkan gliserol dan
garam karboksilat (sejenis sabun). Reaksi saponifikasi adalah hidrolisis basa suatu ester
dengan alkali (NaOH, KOH). Sabun merupakan garam (natrium) yang mempunyai rangkaian
karbon yang panjang. Sabun merupakan garam (natrium) yang mempunyai rangkaian karbon yang panjang. Jenis alkali yang umum digunakan dalam prosessaponifikasi adalah NaOH, KOH, Na2CO2, NH4OH dan ethanolamines. Saponifikasi adalah suatu reaksi karena pencampuran atau hidrolisis lemak atau minyak dengan nama struktur trigliserida dengan larutan yang bersifat alkali atau basa. Produk yang dihasilkan dari pencampuran ini berupa sabun dan gliserin. Sabun adalah produk utamanya sedangkan gliserin merupakan produk sampingan dari sabun. Dalam pencampuran nya dengan lemak atau minyak, biasanya menggunakan larutan alkali jenisNaOH, KOH, dan NH4OH (Cotton, 2008).

2.Jelaskan perbedaan sabun kalium, sabun natrium dan detergen, baik secara struktur maupun sifatnya !
Sabun kalium mempunyai rumus struktur kimia R-COOK (R-COO- berasal dari asam lemak sedangkan K+ berasal dari KOH). Sabun kalium sifatnya lunak dan umumnya digunakan untuk sabun mandi, sabun cuci pakaian dan perlengkapan rumah tangga. Sabun natrium memiliki struktur R-COONa ( R-COO- berasal dari asam lemak sedangkan Na+ berasal dari NaOH). Sabun natrium sifatnya keras  dan umumnya digunakan sebagai sabun cuci, dalam industri logam dan untuk mengatur kekerasan sabun kalium. Detergen adalah suatu sabun dengan bahan dasar alkil benzena sulfonat. Detergen memiliki sifat dapat menarik zat pengotor dari media, memiliki sifat daya pembersih lebih kuat dari sabun, akan tetapi tidak terbuat dari lemak atau minyak (Achmadi, 2008).
 Sabun yang dibuat dengan NaOH lebih lambat larut dalam air dibandingkan dengan sabun yang dibuat dengan KOH. Sabun yang terbuat dari alkali kuat (NaOH dan KOH) mempunyai nilai pH antara 9,0 sanoai 10,8. Sedangkan sabun yang terbuat dari alkali lemah (NH4OH) akan mempunyai pH yang lebih rendah yaitu 8,0 sampai 9,5. Beda sabun dan deterjen yaitu deterjen tidak terbuat dari garam karboksilat sementara sabun terbuat dari garam karboksilat. Bahan baku deterjen yaitu asam benzene sulfonat (ABS) yang sukar diuraikan oleh mikoorganisme sementara sabun terbuat dari bahan alami seperti lemak sehingga dapat dengan mudah diuraikan oleh mikroorganisme (Achmadi, 2008).
Sabun kalium ROOCK disebut juga sabun lunak dan umumnya digunakan untuk sabun mandi cair, sabun cuci pakaian dan perlengkapan rumah tangga. Sedangkan sabun natrium, RCOONa, disebut sabun keras dan umumnya digunakan sebagai sabun cuci, dalam industri logam dan untuk mengatur kekerasan sabun kalium. Detergen adalah garam alkali alkil sulfat atau sulfoniat. Deterjen adalah campuran zat kimia dari sintetik ataupun alam yang memiliki sifat yang dapat menarik zat pengotor dari media dan sering digunakan sebagai sabun cuci pakaian (Winter, 2016).
3.      Jelaskan prinsip dasar proses saponifikasi dan pengujian sifat sabun yang dihasilkan !
Prinsip dalam proses saponifikasi yaitu lemak akan terhidrolisis oleh basa menghasilkan gliserol dan sabun mentah. Proses pencampuran antara minyak dan alkali kemudian akan membentuk suatu cairan yang mengental, yang disebut dengan trace. Pada campuran tersebut kemudian ditambahkan garam NaCl. Garam Nacl ditambahan untuk memisahkan antara produk sabun  dan gliserol sehingga sabun akan tergumpalkan sebagai sabun padat yang memisah dari gliserol. Pengujian sifat sabun yang dihasilkan adalah sabun dapat mengemulsi minyak (Rachmawati, 2011).
4.         Jelaskan apa yang dimaksud dengan air sadah?
Air sadah atau air keras yang memiliki kadar mineral yang tinggi, selain ion kalsium dan magnesium penyebab kesadahan juga bisa merupakan ion logam lain maupun garam garam bikarbonat dan sulfat. Kesadahan air total dinyatakan dalam satuan ppm per berat volume(w/v) dari CaCO3. Air sadah tidak begitu berbahaya untuk diminum, namun dapat menyebabkan beberapa masalah. Air sadah dapat menyebabkan pengendapan mineral, yang menyumbat saluran pipa dan kran. Air sadah juga menyebabkan pemborosan sabun dirumah tangga karena air sadah yang bercampur dengan sabun tidak dapat membentuk busa tetapi malah mengendap membentuk gumpalan soap scum (sampah sabun) yang sukar dihilangkan. Efek ini timbul karena ion Ca2+ menghancurkan sifat surfaktan dari sabun dengan membentuk endapan padat (sampah sabun) (Subandi, 2010).



B. TINJAUAN PUSTAKA
  1. Pengertian dan Prinsip Saponifikasi beserta Reaksinya
Saponifikasi adalah reaksi pada pencampuran lemak dengan basa untuk menghasilan gliserol dan sabun. Reaksi saponifikasi melibatkan basa yang menghidrolisis trigliserida (Fendy, 2008). Prinsip saponifikasi, trigliserida dapat diubah menjadi sabun. Trigliserida diperlakukan dengan basa kuat yang akan memutuskan ikatan ester dan menghasilkan garam asam lemak dan gliserol.  Dengan cara ini, sabun juga akan dihasilkan dengan cara pengendapan (Wegner, 2008).
Reaksi saponifikasi :





                                                                                                                        (Wegner, 2008).
b.      Sabun Kalium dan Sabun Natrium
Sabun kalium mempunyai rumus struktur kimia R-COOK (R-COO- berasal dari asam lemak sedangkan K+ berasal dari KOH). Sabun kalium sifatnya lunak dan umumnya digunakan untuk sabun mandi, sabun cuci pakaian dan perlengkapan rumah tangga. Sabun natrium memiliki struktur R-COONa ( R-COO- berasal dari asam lemak sedangkan Na+ berasal dari NaOH). Sabun natrium sifatnya keras  dan umumnya digunakan sebagai sabun cuci, dalam industri logam dan untuk mengatur kekerasan sabun kalium. Detergen adalah suatu sabun dengan bahan dasar alkil benzena sulfonat (Rudy, 2009).
  1. Perbedaan Sabun dan Detergen
Sabun dan detergen adalah senyawa berbeda. Sabun merupakan garam natrium atau kalium dari asam karboksilat, sedangkan detergen adalah garam natrium dari asam sulfonat. Sabun berasal dari asam lemak hewani atau nabati, sedangkan detergen berasal dari minyak bumi. Sabun dapat terurai secara alami sedangkan detergen tidak (Achmadi, 2008).
  1. Tinjauan Bahan
·         Lemak
Lemak merupakan senyawa organik yang terdapat di alam serta tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik non-polar. Molekul lemak terdiri dari empat bagian yaitu satu molekul gliserol dan tiga molekul asam lemak (Rudy, 2009).
·         Minyak
Minyak merupakan turunan dari ester gliserol yang disebut gliserida. Sebagian besar gliserida berupa trigliserida atau trigliserol yang ketiga gugus OH dari gliserol berkondensasi dengan asam lemak (Subandi, 2010).

·         KOH (10% dalam etanol 96%)
Kalium Hidroksida berupa kristal padat berwarna putih. KOH adalah salah satu bahan untuk membuat sabun. Ketika direaksikan dengan asam lemak, akan membentuk sabun lunak dengan rumus R-COOK(Winter, 2016).
·         Aseton
Aseton merupakan suatu keton yang dapat dibuat  dari bahan dasar isopropil alkohol dengan cara oksidasi dan memiliki rumus (CH3)2CO. Aseton tidak berwarna dan mempunyai bau yang sengit. Aseton dapan bercampur dalam air (Sanjay, 2008).
·         NaCl
NaCl sering digunakan dalam bahan utama sebagai garam dapur. Dengan tingkat  kemampuan osmotik yang tinggi ini, apabila NaCl terlalu larut dalam air maka air tersebut akan mempunyai konsentrasi dengan tingkat yang tinggi yang dapat mengambibisi kandungan air (Rudy, 2009).
·         Akuades
Akuades adalah air yang dari hasil penyulingan. Aquades merupakan air murni yang tidak terdapat mineral-mineral dan mikroorganisme (Rachmawati, 2011).
·         CaCl2 0,1%
Kalsium klorida adalah salah satu garam yang mudah larut dalam air dan bersifat higroskopis. Kalsium klorida tidak berbau, tidak berwarna dan tidak beracun (Achmadi, 2008).
·         MgCl2 0,1%
Magnesium klorida memiliki titik leleh 714oC dan titik didih 1412oC. Massa jenisnya 2325 kg/m3. Magnesium klorida biasa digunakan sebagai desinfektan (bahan pembersih lantai), bahan pemantik api dan sebagai katalis dalam kimia organik (Rachmawati, 2011).
·         FeCl2 0,1%
Merupakan parametik yang bersifat solid dan larut dalam air. Warna dari FeCl2 adalah putih (Wegner, 2008).
·         Detergen
Detergen adalah campuran zat kimia dari sintetik maupun alam yang memiliki sifat dapat menarik zat pengotor dari media, memiliki sifat daya pembersih seperti sabun akan tetapi tidak terbuat dari lemak atau minyak (Winter, 2016).
Air Kran
Air kran adalah air yang biasa digunakan dalam keperluan sehari-hari rumah tangga, dikeluarkan dari kran. Sumber air kran dapat dari air tanah maupun PDAM (Achmadi, 2008).
DIAGRAM ALIR
HASIL PERCOBAAN DAN PENGAMATAN :

1. Saponifikasi lemak : pembuatan sabun kalium

Jenis sampel
Berat / volume sampel
Setelah 10 menit
Tes penyabunan
Setelah dipanaskan
Akuades 30 mL dan dibagi dua
Ditambah NaCl
Diaduk kuat
Sabun kalium
1,5 ml


Berwarna kuning pekat



Tidak terdapat lemak di dalam air



Larutan jadi lebih kental
Berwarna kuning pucat

Sabun natrium
1,5 ml

Terdapat gumpalan padat
Terdapat gumpalan dan buih

Jenis sampel
Warna
Bentuk
Sabun kalium
Kuning
Cair
Sabun natrium
Putih
Padat
Detergen
Putih
Cair

2. Sifat sabun dengan detergen

Jenis sampel
Ditambah lemak / minyak
Kelarutan
Warna
Sabun kalium
Sangat larut
Putih keruh
Sabun natrium
Larut
Putih keruh
Detergen
Cukup larut
Putih keruh

Jenis sampel
Penambahan larutan
Pengamatan
Diaduk
1 mL sabun kalium
1 mL larutan CaCl2 0,1%
Putih keruh seperti susu
Putih keruh
1 mL larutan MgCl2 0,1%
Putih keruh

Putih keruh
1 mL larutan FeCl2, 0,1%

Bilayer orange dan putih keruh

Putih keruh
Air kran
Putih keruh
Putih keruh
1 mL sabun natrium
1 mL larutan CaCl2 0,1%
Putih keruh ada endapan
Putih susu, ada sabun natriumnya
1 mL larutan MgCl2 0,1%
Putih keruh ada endapan
Putih susu, ada sabun natriumnya
1 mL larutan FeCl2, 0,1%
Kuning ada endapan putih
Orange muda, ada sabun natriumnya
Air kran
Keruh
Putih susu, ada sabun natriumnya
1 mL detergen
1 mL larutan CaCl2 0,1%
Putih keruh

Putih keruh
1 mL larutan MgCl2 0,1%
Putih keruh

Putih keruh sedikit
1 mL larutan FeCl2, 0,1%
Terdapat dua layer: kuning dan putih
Ada endapan orange larutan kuning
Air kran
Terdapat 2 layer: Bening dan putoh keruh
Putih keruh

PERTANYAAN
1.      Apa fungsi penambahan KOH  pada proses saponifikasi? Apakah larutan KOH dapat digantikan dengan bahan lain, jika dapat, bahan apakah yang dapat menggantikan larutan KOH?
Larutan KOH yang ditambahkan pada proses saponifikasi berfungsi sebagai basa/alkalikuat yang akan menghidrolisis ester lemak dan menghasilkan sabun kalium dan gliserol.Pada umumnya hanya menggunakan basa kuat seperti KOH atau NaOH, namun dapat juga menggunakan NH4OH (Goldberg, 2008).
2.      Jelaskan fungsi NaCl dalam percobaan ini!
Fungsi NaCl dalam percobaan ini adalah sebagai basa alkali yang menjadi bahan dasarpembuatan sabun natrium. Natrium dalam NaCl akan mensubstitusikan kalium yangberada dalam sabun kalium. NaCl juga berfungsi sebagai berfungsi sebagai pemecahminyak dan memisahkan sabun dari produk sampingan, yaitu gliserol (Singh, 2014).

3.      Jelaskan cara kerja sabun dan detergen sebagai pembersih kotoran / lemak! Mengapa detergen lebih efektif untuk membersihkan kotoran bila dibandingkan dengan sabun?
Sabun dan detergen, keduanya memiliki kemampuan mengemulsi air dengan lemakatau kotoran yang akan dibersihkan. Molekul sabun dan detergen tersusun dari rantaihidrokarbon yang memiliki dua bagian, bagian kepala bersifat hidrofili (polar), sedangkanbagian ekornya bersifat hidrofobik (non polar). Bagian yang bersifat nonpolar akanmengelilingi lemak/kotoran, sementara bagian ujung lainnya yang bersifat polar akanakan larut dalam air. Detergen lebih efektif untuk membersihkan kotoran daripada sabunkarena di dalam detergen terdapat senyawa petrokimia, yaitu surfaktan. Surfaktantersebut mampu menurunkan tegangan permukaan air sehingga mudah membasahi danmenarik kotoran pada benda ke dalam air sehingga jika dibandingkan dengan sabun,detergen lebih efektif untuk membersihkan kotoran (Sinaga, 2014).
4.      Jelaskan pengaruh kesadahan terhadap fungsi sabun dan detergen sebagai pembersih !
Kesadahan air adalah ukuran banyak atau sedikitnya kandungan mineral tertentu dalamair. Pengaruh dari kesadahan terhadap fungsi sabun dan detergen sebagai pembersihyaitu detergen atau sabun mengandung suatu zat aktif permukaan. Zat aktif permukaanyang serupa dengan sabun yaitu natrium benzen sulfonat. Garam kalsium danmagnesium yang larut dalam air sadah akan bereksi dengan natrium benzen sulfonatyang akan tetap larut dalam air dan tidak mengendap sehingga dengan mencucimenggunakan sabun/detergen maka endapan dari kesadahan itu dapat dihilangkan (Kent, 2013).

PEMBAHASAN
Analisa prosedur
1.      Pembuatan Sabun Kalium
Untuk membuat sabun kalium, langkah pertama yang harus dilakukan adalah mempersiapkan alat dan bahan. Alat yang akan digunakan dalam pembuatan sabun kalium adalah gelas beaker 100 mL, pipet ukur 1ml dan10 mL, bulb, gelas beaker 500 mL, kompor listrik, penjepit kayu, gelas ukur, pengaduk kaca, label dan pipet tetes. Gelas beaker 100ml digunakan sebagai wadah, pipet ukut 10ml dan 1 ml digunakan untuk mengambil larutan yang membutuhkan yang menggunakan skala akurat, bulb sebagai alat bantu pipet ukur untuk menyedot larutan, gelas beaker 500ml digunakan untuk wadah merebus air, kompor listrik digunakan untuk pemanasan, penjepit kayu digunakan untuk alat bantu memegang saat pemanasan, gelas ukur digunakan untuk pengambilan aquades, pengaduk kaca digunakan untuk mengaduk larutan, pipet tetes digunakan untuk mengambil larutan tanpa adanya skala (tidak akurat), label digunakan untuk melabeli sampel supaya tidak tertukar. Sementara bahan-bahan yang diperlukan adalah minyak, larutan KOH 10% dalam etanol 96%, etanol, dan aquades. KOH digunakan sebagai bahan dasar hidrolisis untuk membentuk sabun kalium.
Etanol digunakan untuk melarutkan lemak. Minyak digunakan sebagai bahan dasar pembuatan sabun yang akan direaksikan dengan basa alkali serta sebagai bahan untuk menguji kemampuan sampel dalam menyerap lemak. Aquades digunakan sebagai pelarut dan uji kelarutan Setelah semua alat dan bahan disiapkan, langkah berikutnya adalah mengambil minyak sebanyak 1.5 gram, yang bisa dikonversi menjadi 30 tetes, menggunakan pipet tetes ke dalam gelas beaker 100 mL. Selanjutnya tambahkan 10 mL KOH 10% dalam etanol 96% menggunakan pipet ukur dan bulb ke dalam gelas beaker tersebut. Pada saat menuangkan larutan KOH ke dalam gelas beaker yang sudah berisi minyak, alirkan larutan KOH melalui dinding gelas beaker agar larutan KOH tidak langsung bereaksi dengan minyak. Lalu, masukkan gelas beaker tersebut ke dalam gelas beaker 500 mL yang telah berisi air dan dipanaskan menggunakan kompor listrik. Pemanasan ini bertujuan untuk mempercepat reaksi antara minyak dan KOH agar lebih cepat bercampur. Pemanasan dilakukan hingga air yang berada dalam gelas beaker 500 mL mendidih. Setelah air mendidih, angkat gelas beaker yang berisi minyak dan KOH menggunakan penjepit kayu.
Selanjutnya, tambahkan etanol sebanyak 2 mL. Penambahan ini dilakukan untuk menggantikan etanol yang sudah menguap pada proses pemanasan. Setelah itu, pemanasan dilakukan kembali selama kurang lebih 3 menit. Setelah 3 menit, lakukan uji penyabunan dengan meneteskan beberapa tetes hasil reaksi ke dalam air menggunakan pipet tetes. Sempurna atau tidaknya proses saponifikasi ditandai dengan ada tidaknya lemak saat hasil reaksi diteteskan ke dalam air. Adanya lemak di dalam air saat hasil reeaksi diteteskan menandakan bahwa proses saponifikasibelum sempurna dan perlu dilakukan pemanasan kembali. Jika tetesan tidakmengandung lemak, proses saponifikasi telah sempurna. Langkah selanjutnyaadalah menambahkan aquades sebanyak 30 mL, aquades diukurmenggunakan gelas ukur. Campuran tersebut diaduk secara konstanmenggunakan pengaduk kaca hingga terhomogenkan secara sempurna danmenjadi sabun kalium. Sabun kalium yang telah terbentuk kemudian dibagi duauntuk membuat sabun natrium dan untuk pengujian berikutnya.
2.      Pembuatan Sabun Natrium
Untuk membuat sabun natrium, alat yang diperlukan adalah pipet ukur,bulb, pengaduk kaca, kertas saring, dan corong kaca, beaker glass 100ml.Pipet ukur digunakan untuk mengambil larutan dengan skala akurat, bulbsebagai alat bantu pipet ukur untuk menyedot larutan, pengaduk kacadigunakan untuk mengaduk sampel supaya tercampur, kertas saring digunakanuntuk menyaring larutan sampel, corong kaca digunakan untuk membantupenyaringan.Sementara bahan yang diperlukan adalah sabun kalium cair dan larutanNaCl. Langkah pertama yang dilakukan adalah menambahkan 15 mL larutanNaCl ke dalam sabun kalium cair. Larutan sabun kalium digunakan sebagaibahan dasar pembuatan sabun pada percobaan ini. NaCl digunakan sebagaisenyawa yang akan bereaksi dengan KOH yang dapat memisahkan antarasabun dengan gliserol dan membentuk sabun natrium.Pertama-tama NaCl diambil menggunakan pipet ukur dan bulb. Tujuandari penambahan NaCl jenuh ke dalam sabun kalium adalah untukmemisahkan antara sabun dengan gliserol serta untuk membentuk sabunnatrium itu sendiri. Setelah NaCl ditambahkan, aduk dengan menggunakanpengaduk kaca hingga tercampur dan terbentuk padatan berwarna putih.Kemudian pisahkan padatan tersebut dengan menggunakan corong kaca dankertas saring. Tujuannya untuk memisahkan antara sabun natrium dengangliserol yang terbentuk. Padatan yang tersaring merupakan sabunnatrium.Sebelum kertas saring digunakan, lipat terlebih dahulu hinggamembentuk kerucut dan tempatkan kertas saring diatas corong kaca. Padatanyang dihasilkan adalah sabun natrium yang akan digunakan pada pengujianselanjutnya.
3.       Pembuatan Larutan Detergen
 Alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan larutandetergen adalah neraca digital, gelas beaker 100 mL, spatula,pengaduk kaca, gelas ukur, gelas arloji, bubuk detergen, dan aquades.Spatula digunakan untuk mengambil deterjen, beaker glass 100 mldigunakan sebagai wadah larutan deterjen, pengaduk kaca digunakanuntuk mengaduk larutan deterjen, gelas arloji digunakan untuk wadah deterjen saat akan ditimbang di neraca digital, gelas ukur digunakansebagai wadah aquades.
Bahan-bahan yang dibutuhkan dalam percobaan ini adalah bubukdetergen dan aquades. Detergen bubuk digunakan sebagai bahan utamapembuatan larutan. Aquades digunakan sebagai pelarut.Langkah pertama yang dilakukan adalah menimbang bubuk detergensebanyak 0,5 gram menggunakan neraca digital. Gunakan alumunium foilsebagai wadah pada saat menimbang bubuk detergen, dan gunakan spatulauntuk mengambil bubuk detergen. Selanjutnya, masukkan bubuk detergen yangsudah ditimbang ke dalam gelas beaker 100 mL, dan larutkan dengan aquadessebanyak 10 mL. Ukur volume aquades menggunakan gelas ukur. Aduk bubukdetergen dan aquades menggunakan pengaduk kaca. Larutan detergen inilahyang akan digunakan pada pengujian selanjutnya.
4.      Pengujian Kemampuan Menghilangkan Minyak atau Lemak
Untuk melakukan pengujian kemampuan menghilangkan minyakatau lemak, dibutuhkan alat seperti gelas arloji, pipet tetes, gelasbeaker 100 mL, dan label. Sedangkan bahan yang dibutuhkan dalampengujian ini adalah sabun kalium, sabun natrium, larutan detergen,minyak dan aquades. Gelas arloji digunakan sebagai wadah sampel saatakan diuji. Pipet tetes digunakan untuk mengambil sampel dan reagen yangtidak memerlukan ukuran yang pasti/akurat (hanya diperlukan dalam ukurantetesan).
Bahan-bahan yang dibutuhkan dalam percobaan ini adalah sabunkalium, sabun natrium, detergen dan minyak. Sabun kalium, sabun natrium,dan detergen digunakan sebagai sampel yang akan diuji kemampuanmenghilangkan minyaknya. Minyak digunakan sebagai penguji sampel.Setelah semua alat dan bahan disiapkan, langkah pertama adalahmelarutkan sabun natrium yang berbentuk padatan dengan aquadesmenggunakan gelas beaker 100 mL, kemudian aduk menggunakan pengadukkaca sampai padatan sabun natrium terlihat larut. Langkah selanjutnya adalahmelabeli cawan petri yang akan digunakan untuk menguji sabun kalium dansabun natrium, sedangkan gelas arloji digunakan untuk menguji larutandetergen. Pelabelan pada cawan petri berfungsi untuk menandai cawan petriagar data pengamatan tidak tertukar. Langkah selanjutnya adalah meneteskanminyak sebanyak 2 tetes menggunakan pipet tetes ke kedua cawan petri dangelas arloji. Selanjutnya, teteskan masing-masing 1 mL (20 tetes) larutan sabunkalium, sabun natrium, dan detergen ke masing-masing cawan petri dan gelasarloji. Goyangkan perlahan cawan petri dan gelas arloji agas minyak dansampel sabun atau detergen bersatu merata, kemudian amati pada sabunapakah yang paling sedikit terlihat minyaknya, dan catat hasil pengamatannya.
5.      Pengujian Sifat Kesadahan Sabun dan Detergen
Untuk menguji sifat kesadahan sabun dan detergen, alat dan bahanyang digunakan adalah 12 tabung reaksi dan rak, pipet tetes, label,CaCl2, MgCl2, FeCl2, air kran, larutan sabun kalium, sabun natrium,dan sabun detergen. Tabung reaksi digunakan sebagai wadah sampel yangakan diuji. Rak tabung reaksi digunakan sebagai wadah untuk meletakkantabung reaksi agar lebih tertata. Pipet tetes digunakan untuk mengambil sampeldan reagen yang tidak memerlukan ukuran yang pasti/akurat (hanya diperlukandalam ukuran tetesan). Label digunakan untuk pelabelan supaya tidak tertukar..Bahan-bahan seperti Sabun kalium, sabun natrium, dan detergendigunakan sebagai sampel yang akan diuji sifat kesadahannya. Larrutan MgCl2 0,1%, larutan FeCl2 0,1%, larutan CaCl2 0,1%, dan air kran digunakan sebagai penguji yang akan akan direaksikan dengan sampel untuk menguji sifatk esadahan sampel. Langkah pertama adalah melabeli 12 tabung reaksi. 4 tabung reaksi digunakan untuk sampel sabun kalium dengan CaCl2 , MgCl2 , FeCl2, dan air kran. 4 tabung reaksi selanjutnya digunakan untuk sampel sabun natriumdengan CaCl2, MgCl2, FeCl2, dan air kran. Sedangkan 4 tabung reaksi lainnyadigunakan untuk sampel detergen dengan CaCl2, MgCl2, FeCl2,dan air kran. Selanjutnya, masukkan masing-masing 1 mL (20 tetes) sampel CaCl2, MgCl2, FeCl2, dan air kran ke dalam masing-masing tabung reaksi sesuai dengan label. Setelah itu, masukkan masing-masing 1 mL (20 tetes) larutan sabun kalium, sabun natrium, dan detergen ke dalam tabung reaksi sesuai dengan label yang tertera. Kemudian, amati reaksi yang terjadi pada masing-masing tabung reaksi. Catat hasil pengamatan. Selanjutnya, goyangkan perlahan masing-masing tabung reaksi. Amati perubahan yang terjadi pada setiap tabung reaksi dan catat hasil pengamatannya.
Analisa Hasil
1.      Pembuatan Sabun Kalium
Dalam pembuatan sabun kalium yang menggunakan minyak sebanyak 1,5gram (30 tetes) dan larutan KOH sebanyak 10 mL dihasilkan warna bening dengan tekstur cair. Saat sampel sabun kalium diteteskan ke dalam air, tidak terlihat adanya lemak di dalam air berarti bisa dikatakan berhasil sesuai dengan literatur bahwa sabun kalium yang baik dan benar serta lolos uji adalah ketika direaksikan dengan minyak tidak membentuk suatu globular-globular atau bisa dikatakan terlarut tepat jenuh (Goldberg, 2008).
Hal ini menunjukkan bahwa proses saponifikasi berlangsung sempurna. Pada saat setelah dipanaskan sabun kalium memiliki tekstur padat dan berwarna putih kekuningan. Kemudian, saat sampe ditambahkan aquades dan dihomogenkan dengan cara diaduk, terbentuk larutan sabun kalium yang cair, berwarna kuning bening, dan sedikit berbusa. Hasil percobaan pada pembuatan sabun kalium ini telah sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa hasil saponifikasi yang sempurna tidak menghasilkan lemak didalam air karena ester lemak yang terdapat dalam minyak diikat oleh kalium.Tekstur sabun kalium yang dihasilkan juga telah sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa sabun kalium adalah sabun yang biasanya digunakan untuk mandi, memiliki tekstur yang lunak/cair sehingga sabun kalium ini sering disebut sebagai sabun lunak  (Mufida, Naufa. 2014).
2.      Pembuatan Sabun Natrium
Dalam pembuatan sabun natrium digunakan bahan berupa larutan sabun kalium dan 15 mL larutan NaCl, kemudian diaduk dan terbentuk padatan berwarna putih dan terdapat gumpalan pada saat diaduk dengan kuat gumpalannya semakin banyak. Larutan dan padatan kemudian dipisahkan dengan menggunakan kertas saring. Hasil yang disaring merupakan padatan sabun natrium sedangkan cairannya disebut gliserol. Gliserol tidak mengalami pengendapan karena memiliki kadar kelarutan yang sangat tinggi. Padatan tersebut merupakan sabun natrium yang terbentuk. Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa sabun natrium memiliki wujud padat, berwarna putih, dan sering disebut dengan sabun keras (Riswiyanto, 2012).
3.      Pengujian Menghilangkan Minyak atau Lemak
Saat melakukan pengujian menghilangkan lemak menggunakan larutan sabun kalium, diperoleh hasil minyak yang dapat terlihat berjumlah sedikit dan membentuk globula berukuran kecil dengan tingkat kelarutan sangat larut dalam lemak. Pada pengujian menghilangkan minyak menggunakan larutan sabun natrium, minyak yang terlihat sudah larut dalam sampel dan memiliki tingkat kelarutan yang larut. Sedangkan pada pengujian menggunakan detergen, didapatkan hasil minyak yang terlihat tidak larut dan terdapat globula berukuran besar sehingga bisa dituliskan tingkat kelarutannya hanya sedikit atau cukup larut saja. Hal ini menunjukkan bahwa pada percobaan ini, urutan kemampuan menghilangkan minyak paling baik dimiliki oleh sabun kalium, natrium,  lalu deterjen. Hal ini tidak sesuai dengan literatur karenapada dasarnya detejen lah yang seharusnya dikategorikan sebagai pengangkat lemak terbaik karena detergen memiliki kemampuan yang lebih baik dari sabun natrium dan sabun kalium. Detergen memiliki suatu zat bernama surfaktan yang merupakan pembasa dan pengemulsi. Detergen memiliki kemampuan mengemulsi lemak secara sempurna karena pada detergen terdapan ujung hidrokarbon yang bersifat non polar. Ujung hidrokarbon inilah yang kemudian akan mengelilingi tetesan minyak secara sempurna dan merata sehingga dapat mengangkat lemak dan melarutkannya karena sifat emulsinya. Karena dapat mengemulsi secara sempurna itulah, detergen memiliki kemampuan membersihkan yang lebih baik dari sabun (Noverry, 2012).
Kesalahan padapercobaan ini mungkin dikarenakan rendahnya kadar surfaktan yang terdapat dalam merk detergen yang digunakan selain itu juga bisa dikarenakan pengambilan deterjen yang terlalu sedikit. Sedangkan pada sabun, berdasarkan data hasil pengamatan, terlihat kemampuan melarutkan atau mengemulsi lemaknya tinggi. Hal ini juga tidak sesuai dengan literatur. Sabun tidak memiliki zat sejenis surfaktan yang memiliki kemampuan mengemulsi lemak dengan baik melalui mekanisme pengelilingan minyak secara merata dengan ujung gugus non polarnya sehingga kemampuan mengangkat lemak dan melarutkan atau mengemulsi lemaknya juga kurang baik. Kesalahan pada praktikum bisa dikarenakan pengambilan minyak yang terlalu sedikit sehingga terjadi equilibriuman antara minyak dan sabun (Riswiyanto, 2012).
4.       Pengujian Sifat Kesadahan Sabun dan Detergen
Pengujian sabun kalium terhadap sampel CaCl2  menghasilkan warna yang keruh, tidak ada endapan, dan tidak ada lapisan. Setelah sampel diaduk warnatetap keruh dan tidak ada endapan. Pada sampel MgCl2  menghasilkan warnaungu. Setelah diaduk, warna tetap ungu. Pada sampel FeCl2  menghasilkan warna oranye bening, Setelah diaduk, terdapat endapan dan berwarna sama. Pada sampel air kran menghasilkan warna bening keruh, tanpa pisan dan tidak adae ndapan. Setelah diaduk, sampel tidak mengalami perubahan. Pengujianselanjutnya menggunakan sabun natrium. Pada sampel CaCl2  menghasilkanwarna keruh dan terdapat gumpalan. Setelah diaduk, tidak terbentuk busa dan tetap ada endapan. Pada sampel MgCl2  menghasilkan warna keruh, terdapat gumpalan. Setelah diaduk, warnanya sama terdapat gumpalan sabun. Padasampel FeCl2  menghasilkan warna kuning keruh, ada endapan. Setelah sampeldiaduk, tidak ada busa yang terbentuk dan tetap terdapat endapan. Pada sampelair kran menghasilkan warna yang keruh, tidak lapisan, dan terdapat endapan.Setelah diaduk, sampel tetap tidak berbusa dan tetap ada endapan  (Sinaga, 2014).
Pengujian terakhir dilakukan menggunakan detergen. Pada sampel CaCl2  menghasilkan warna bening, dan tanpa endapan atau lapisan. Setelah diaduk, warna sama tanpa adanya endapan. Pada sampel MgCl2 menghasilkan warna bening dan tanpa endapan atau lapisan. Setelah diaduk, sampel berwarna bening tanpa endapan. Pada sampel FeCl2  menghasilkan warna kuning bening. Setelah diaduk, tidak terjadi perubahan Pada sampel air kran menghasilkan warna bening tanpa endapan dan lapisan. Setelah sampel diaduk, tidak terdapat perubahan. Hal ini sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa detergen dapat bekerja dalam air sadah, sementara sabun, baik sabun kalium dan sabun natrium, tidak dapat bekerja dalam air sadah. Kinerja yang baik ditunjukkan dengan sampel yang larutdan tidak terbentuk endapan. Sedangkan apabila terbentuk endapan, makakinerjanya dapat dikatakan kurang baik. Pada pengujian ini, endapan ditemukan pada sabun baik sabun natrium maupun kalium. Sedangkan pada detergen tidak ditemukan adanya endapan. Pada detergen tidak ditemukan adanya endapan,hanya buih yang juga menunjukkan kinerja baik pada air sadah. Hasil ini sudah sesuai dengan literatur. Detergen memiliki surfaktan, sejenis zat pembasa dan pengemulsi yang dapat menurunkan tegangan permukaan pada air. Apabila tegangan permukaan air turun, air dapat lebih mudah meresap ke dalam kain sehingga dapat mengangkat kotoran juga dengan lebih baik. Selain itu detergen tidak memiliki gugus anion karboksilat, sehingga tidak akan bereaksi dengan kation bivalen pada air sadah dan mengganggu kerjanya. Gugus utama yang dimiliki detergen adalah alkil sulfonat, bukan asam karboksilat (Kent, 2013).
Sehingga dapat dikatakan detergen dapat bekerja dengan baik di air sadah yang ditunjukkan dengan tidak terbentuknya endapan.Sedangkan pada sabun natrium dan sabun kalium yang mewakili sampelsabun, hasil yang didapat adalah terbentuknya endapan. Pada sabun natrium,endapan terbentuk ketika dicampurkan dengan 1 ml larutan CaCl2 1 %, FeCl2 1% dan air kran, sedangkan pada sabun kalium endapan terjadi sewaktu sampel dicampurkan dengan 1 ml larutan FeCl2 1 %. Hal ini juga sudah sesuai denganliteratur. Sabun memiliki gugus anion karboksilat. Gugus anion karboksilat inikemudian akan bereaksi dengan gugus kation bivalen, seperti Fe2+, Mg2+ maupun Ca2+ yang banyak terdapat pada air sadah. Reaksi ini akan membentuk endapansehingga mengganggu kinerja sabun untuk bekerja dengan maksimal. Adanya anion karboksilat ini menyebabkan kerja sabundalam air sadah kurang baik, yang ditunjukkan dengan terbentuknya endapan (Singh, 2014).

KESIMPULAN
Tujuan dari praktikum reaksi saponifikasi serta pengujian sifat surfaktan sabun dan deterjen adalah mempelajari proses saponifikasi suatu lemak dengan menggunakan kalium hidroksida dan natrium hidroksida dan mempelajari perbedaan sifat sabun dan detergen. Proses saponifikasi dilakukan dengan cara mereaksikan lemak atau minyak dengan basa alkali. Perbedaan basa alkali yang digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan sabun menyebabkan adanya perbedaan karakteristik dari sabun itu sendiri.
Prinsip dari proses saponifikasi adalah reaksi hidrolisis trigliserida menggunakan basa alkali seperti NaOH atau KOH yang menghasilkan gliserin atau gliserol dan sabun. Proses ini digunakan untuk menghasilkan sabun yang dibuat dari lemak nabati/hewani. Pada uji kemampuan sabun dan deterjen dalam menghilangkan lemak terbaik adalah sabun kalium. Tetapi hal tersebut tidak sesuai literatur yang seharusnya kemampuan penghilang lemak terbaik adalah deterjen. Kesalahan tersebut dikarenakan karena human error ataupun kadar kelarutan deterjennya sangat rendah. Pada pengujian sifat kesadahan sabun dan deterjen dicampurkan MgCl2 0,1%, FeCl2 0,1%, CaCl2 0,1%, dan air kran ke dalam masing-masing sampel. Pada sabun natrium tidak bekerja baik di dalam air sadah karena banyaknya endapan. Pada sabun kalium terdapat sedikit endapan walau tidak sebanyak natrium hal ini juga dikategorikan bahwa sabun kalium kurang bekerja baik pada air sadah. Sedangkan pada deterjen mampu bekerja secara baik dalam keadaan air sadah. Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya endapan di dalam deterjen yang sudah diberi air sadah dan tingkat kekeruhan dari larutan.


DAFTAR PUSTAKA TAMBAHAN
Goldberg, D. 2008. Introduction to Surfactant Analysis. London: Springer Science &Business Media
Kent, J. 2013. Handbook of Industrial Chemistry and Biotechnology. London: pringerScience & Business Media
Kurniadi, Bambang. 2008. Sanitasi, Higiene, dan Keselamatan Kerja dalam Pengolahan Makanan. Yogyakarta: Kanisius
Mufida, Naufa. 2014. Sabun dan Detergen. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada
Noverry, Frank. 2012. Lipid Technologies and Applications. New York: Marcel Dekker Inc
Riswiyanto. 2012. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga
Sinaga, Y. 2014. Pemanfaatan Minyak Jelantah dalam Pembuatan Sabun Padat Transparan Melalui Proses Saponifikasi KOH dengan Penambahan Essence Kulit Jeruk Nipis. Palembang: Politeknik Negeri Sriwijaya
Singh, Lakhmir. 2014. Chemistry. New Delhi: S. Chand & Company



DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, Suminar Setiati. 2008. Kimia Modern Ed.4. Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama
Cotton, F. Albert dan Geoffrey Wilkinson. Kimia Organik Lanjutan Ed.5. Skudai: University Teknologi Malaysia
Rachmawati, Fahrina., Maulita Cut Nuria, dan Sumantri. 2011. Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi Kloroform Ekstrak Etanol Pegagan (Centella Asiatica (L) Urb) Serta Identifikasi Senyawa Aktifnya. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada
Rudy, J.E. 2009. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jakarta: Binapura Aksara
Sanjay, S.M. 2008. Engineering Chemistry. New Delhi: University Science Press
Subandi. 2010. Kimia Organik. Yogyakarta : Dee Publish
Wegner, F. 2008. Enclyclopedia of Chemical Technology. Brimingham: Johr Wiley & Sons


Komentar

Postingan populer dari blog ini

IDENTIFIKASI GUGUS FUNGSI ALKOHOL

ANALISIS KUALITATIF PROTEIN