ANALISIS KUALITATIF KARBOHIDRAT
BAB III
ANALISIS KUALITATIF KARBOHIDRAT
TUJUAN :
·
Mengetahui prinsip dasar
uji kualitatif karbohidrat
·
Mengetahui perbedaan
prinsip dari masing-masing metode
A. Pre-lab
1. Sebutkan dan
jelaskan jenis-jenis karbohidrat dan beri contoh masing-masing 3 ?
1. Monosakarida
(sering disebut gula sederhana)
Monosakarida adalah satuan
karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisis menjadi molekul-molekul karbohidrat
yang lebih sederhana lagi, misalnya glukosa, fruktosa, ribose dan galaktosa.
Semua monosakarida adalah zat padat yang mudah larut dalam air. Larutannya
bersifat optis aktif. Larutan monosakarida bereaksi positif dengan pereaksi
fehling atau pereaksi benedict maupun dengan Tollens. Monosakarida dapat
berupa aldosa atau ketosa. Golongan aldosa mempunyai satu gugus fungsi
aldehid (-CHO) dan beberapa gugus hidroksil (-OH), sedangkan golongan ketosa
mempunyai satu gugus fungsi keton (-CO-) dan beberapa gugus hidroksil.
Glukosa adalah monosakarida yang terpenting, kadang-kadang disebut gula darah
(karena dijumpai dalam darah). Fruktosa juga disebut levulosa karena memutar
bidang polirasisasi kekiri adalah gula termanis. Galaktosa terdapat dalam
disakarida laktosa, dalam keadaan terikat dengan glukosa. Ribosa membentuk
sebagian kerangka polimer dari asam-asam nukleat (Stoker,2012).
2. Disakarida
Suatu disakarida adalah
suatu karbohidrat yang tersusun dari 2 satuan monosakarida yang dipersatukan
oleh suatu hubungan glikosida dari karbon 1 dari satu-satuan ke suatu OH
satuan yag lain. Disakarida merupakan dimer monosakarida yang sejenis atau
berbeda jenis, sehingga bila dihidrolisis akan menghasilkan 2 monosakarida.
Disakarida yang banyak dikenal adalah sukrosa atau gula tebu (dimmer dari
glukosa dan fruktosa), maltosa (dimer dari dua glukosa), dan laktosa atau gula
susu (dimer dari glukosa dan galaktosa). Sukrosa dan laktosa tidak dapat
difermentasikan sedangkan maltosa dapat difermentasikan menghasilkan alcohol
(etanol). Sukrosa tidak dapat mereduksi larutan fehling sebab gugus
aldehidnya sudah terikat pada fruktosa. Maltosa dan laktosa dapat mereduksi
larutan fehling sebab salah satu monomernya (glukosa dan galaktosa) masih
memiliki gugus aldehid bebas (belum terikat). Seperti dinyatakan oleh
namanya, tiap molekul gula ini terdiri dari dua satuan monosakarida. Dapat
dibayangkan bahwa satu-satuan ini dihubungkan satu dengan yang lain oleh
ikatan-ikatan yang dihasilkan oleh eliminasi sebuah molekul air, misalnya
sebuah molekul sukrosa tersusun dari sebuah satuan glukosa dan sebuah satuan
fruktosa yang digabungkan seperti dibawah ini (Stoker,2012)..
3. Oligosakarida
Oligosakarida adalah
karbohidrat yang apabila dihidroisis akan terurai menjadi 3 sampai 10
monosakarida, misalnya dektrin dan maltopentosa. Oligosakarida yang saling
berhubungan misalnya disakarida, trisakaridadan sebagainya (Stoker,2012).
4. Polisakarida
Suatu polisakarida adalah
senyawa dalam man molekul-molekul mengandung banyak satuan monosakarida yang
dipersatukan dengan ikatan glukosida. Hidrolisis lengkap akan mengubah suatu
poisakarida menjadi monosakarida. Polisakarida memenuhi 3 maksud dalm system
kehidupan : sebagai bahan bangunan (architectural), bahan makanan
(nutritional), dan sebagai zat spesifik. Polisakarida architectural misal
selulosa, komponen struktur dari kerangka luar serangga. Polisakarida nutrisi
yang lazim adalh pati dan glikogen, karbohidrat yang siap dipakai dalam tubuh
hewan. Heparin adalah salah satu contoh zat spesifik, adalah suatu
polisakarida yang mencegah koagulasi darah (Stoker,2012).
|
2. Bagaimana
prinsip analisis karbohidrat menggunakan uji Barfoed?
Prinsip uji
Barfoed adalah suatu sampel monosakararida dan
disakarida pereduksi dicampur dengan reagen Barfoed kupri asetat dan asam asetat dalam keadaan basa. Akibat reaksi antara reagen dan gula pereduksi membentuk endapan Cu2O berwarna merah bata (Ratna, 2010).
|
3. Bagaimanakah
reaksi yang terjadi antara larutan yodium dengan sampel?
Prinsip uji yodium adalah
larutan iodium dalam bentuk tri iodide akan masuk ke dalam struktur
helikal pada karbohidrat kompleks dan akan membentuk
biru pekat,biru kehitaman. Karbohidrat kompleks seperti pati atau
dekstrin memiliki gulungan helik yang panjang sehingga akanereaksi dengan
yodium. Sedangkan pada monosakarida dan disakarida gulungan helik yang
dimilikinya kecil sehingga terbentuk warna biru pudarbahkan tidak
terbentuk kompleks warna (Sitorus, 2010).
|
4.Apa fungsi dari
uji Benedict?
Adalah uji untuk
membuktikan adanya gula pereduksi. Gula pereduksi adalah gula yang mengalami
reaksi hidrolisis dan bisa diurai menjadi sedikitnya dua buah monosakarida.
Karateristiknya tidak bisa larut atau bereaksi secara langsung dengan
Benedict, contohnya semua golongan monosakarida, sedangkan gula non pereduksi
struktur gulanya berbentuk siklik yang berarti bahwa hemiasetal dan
hemiketalnya tidak berada dalam kesetimbangannya, contohnya fruktosa dan
sukrosa. Dengan prinsip berdasarkan reduksi Cu2+ menjadi Cu+ yang mengendap
sebagai Cu2O berwarna merah bata. Untuk menghindari pengendapan CuCO3 pada
larutan natrium karbonat (reagen Benedict), maka ditambahkan asam sitrat.
Larutan tembaga alkalis dapat direduksi oleh karbohidrat yang mempunyai gugus
aldehid atau monoketon bebas, sehingga sukrosa yang tidak mengandung aldehid
atau keton bebas tidak dapat mereduksi larutan Benedict (Nepean, 2012).
|
5.Jelaskan
mekanisme dari uji Molisch!
Adalah uji untuk
membuktikan adanya karbohidrat. Uji ini efektif untuk berbagai senyawa yang
dapat di dehidrasi menjadi furfural atau substitusi furfural oleh asam sulfat
pekat. Senyawa furfural akan membentuk kompleks dengan α-naftol yang
dikandung pereaksi
Molisch dengan memberikan
warna ungu pada larutan.
Mekanisme reaksinya adalah adanya suatu karbohidrat yang
ditambahkan asam sulfat pekat, berbentuk hidroksi metil fuktural atau cincin
fuktural. cincin fuktural ini selanjutnya akan bereaksi dengan alfa
naftol berbentuk kompleks warna ungu
(Rasyid, 2009).
|
B. TINJAUAN PUSTAKA
a.
Reagen Molisch
Reagen Molisch digunakan dalam uji Molisch (Molisch berasal dari nama ahli
botani Austria, yaitu Hans Molisch) ialah suatu ujikimia yang sensitif untuk
mengetahui adanya karbohidrat, berdasarkan pada dehidrasi karbohidrat oleh asam
sulfat untuk menghasilkan aldehid, yang berkondensasi dengan dua molekul fenol
(biasanya alfa-naftol, meskipun fenol lain (misalnya resorsinol, timol) juga
memberikan hasil berwarna), yang menghasilkan suatu senyawa berwarna merah atau
ungu. Semuakarbohidrat-monosakarida, disakarida, dan
polisakarida akan memberikan reaksi positif, dan asam nukleat dan glikoprotein
juga memberikan reaksi positif,karena semua senyawa tersebut akhirnya
terhidrolisis menjadi monosa karida oleh asam mineral kuat. Pentose kemudian
terhidrasi menjadi furfural, sedangkan heksosaterhidrasi menjadi
5-hidroksi-metilfurfural. Salah satu dari aldehida ini, jika ada, akan
berkondensasi dengan dua molekul naftol untuk membentuk produk berwarna ungu.
Reagen ini terdiri dari alfa aftol dan alcohol atau kloroform (Kelter, 2008).
b.
H2SO4
H2SO4,
merupakan asam mineral (anorganik) yang kuat. Zat ini larut dalam air pada semua perbandingan. Asam
sulfat mempunyai banyak kegunaan dan merupakan salah satu produk utama industri kimia.
Produksi dunia asam sulfat pada tahun 2001 adalah 165 juta ton, dengan nilai
perdagangan seharga US$8 juta. Kegunaan utamanya termasuk pemrosesan
bijih mineral, sintesis kimia, pemrosesan air limbah dan
pengilangan minyak. Asam sulfat murni yang tidak diencerkan tidak dapat
ditemukan secara alami di bumi oleh karena sifatnya yang higroskopis.
Walaupun demikian, asam sulfat merupakan komponen utama hujan asam,
yang terjadi karena oksidasi sulfur dioksida di
atmosfer dengan keberadaan air (oksidasi asam sulfit).
Sulfur dioksida adalah produk sampingan utama dari pembakaran bahan bakar
seperti batu bara dan minyak yang mengandung sulfur (Ansel, 2010).
c.
Larutan Yodium
Iod atau iodium (I2) adalah padatan berkilauan berwarna hitam
kebiru-biruan, Menguap pada suhu kamar menjadi gas ungu biru dengan bau
menyengat. Iod membentuk senyawa dengan banyak unsur, tapi tidak sereaktif
halogen lainnya, yang kemudian menggeser iodida. Iod menunjukkan sifat-sifat
menyerupai logam. Iod mudah larut dalam kloroform, karbon tetraklorida, atau
karbon disulfida yang kemudian membentuk larutan berwarna ungu yang indah. Iod
hanya sedikit larut dalam air (Ghalib, 2010).
d.
Reagen Barfoed
Reagen Barfoed mengandung senyawa tembaga asetat. Reagent Barfoed terdiri
dari larutan 0,33 molar tembaga
asetat netral dalam 1% larutan asam asetat. Ada pendapat yang
mengatakan bahwa reagen ini tidak dapat di simpan lama. Karena itu disarankan
untuk membuatnya ketika benar-benar akan melakukan analisa (Cairns, 2010).
e.
Reagen Benedict
Reagen Benedict adalah reagen kimia yang biasa digunakan untuk
mendeteksi adanya gula pereduksi, tapi bahan pereduksi lainnya juga dapat
memberikan hasil positif. Gula pereduksi mencakup monosakarida dan
beberapa disakarida, termasuk laktosa dan maltosa. Larutan Benedict dapat
digunakan untuk menguji adanya glukosa dalam urine. Beberapa gula seperti
glukosa disebut gula pereduksi karena mereka mampu mentransfer hidrogen
(elektron) ke senyawa lain, proses yang disebut reduksi. Ketika gula pereduksi
dicampur dengan reagen benedicts dan dipanaskan maka akan menyebabkan
reagen benedicts berubah warna. Warna ini bervariasi dari hijau sampai
merah bata, tergantung pada jumlah dan jenis gula (Stoker,2012).
f.
Glukosa
Glukosa, suatu gula monosakarida, adalah salah satu karbohidrat terpenting
yang digunakan sebagai sumber tenaga bagi hewan dan tumbuhan. Glukosa merupakan
salah satu hasil utama fotosintesis dan awal bagi respirasi. Bentuk alami
(D-glukosa) disebut juga dekstrosa, terutama pada industri pangan. Gambaran
proyeksi Haworth struktur glukosa (α-D-glukopiranosa). Glukosa (C6H12O6, berat
molekul 180.18) adalah heksosa—monosakarida yang mengandung enam atom karbon.
Glukosa merupakan aldehida (mengandung gugus -CHO). Lima karbon dan satu
oksigennya membentuk cincin yang disebut "cincin piranosa", bentuk
paling stabil untuk aldosa berkabon enam. Dalam cincin ini, tiap karbon terikat
pada gugus samping hidroksil dan hidrogen kecuali atom kelimanya, yang terikat
pada atom karbon keenam di luar cincin, membentuk suatu gugus CH2OH. Struktur
cincin ini berada dalam kesetimbangan dengan bentuk yang lebih reaktif, yang
proporsinya 0.0026% pada pH 7. Glukosa
merupakan sumber tenaga yang terdapat di mana-mana dalam biologi. Kita dapat
menduga alasan mengapa glukosa, dan bukan monosakarida lain seperti fruktosa,
begitu banyak digunakan. Glukosa dapat dibentuk dari formaldehida pada keadaan
abiotik, sehingga akan mudah tersedia bagi sistem biokimia primitif. Hal yang
lebih penting bagi organisme tingkat atas adalah kecenderungan glukosa, dibandingkan
dengan gula heksosa lainnya, yang tidak mudah bereaksi secara nonspesifik
dengan gugus amino suatu protein. Reaksi ini (glikosilasi) mereduksi atau
bahkan merusak fungsi berbagai enzim. Rendahnya laju glikosilasi ini
dikarenakan glukosa yang kebanyakan berada dalam isomer siklik yang kurang
reaktif. Meski begitu, komplikasi akut seperti diabetes, kebutaan, gagal
ginjal, dan kerusakan saraf periferal (‘’peripheral neuropathy’’), kemungkinan
disebabkan oleh glikosilasi rotein (Rasyid, 2009).toker,2012).
g.
Fruktosa
adalah monosakarida yang ditemukan di banyak jenis tumbuhan dan
merupakan salah satu dari tiga gula darah penting
bersama dengan glukosa dan galaktosa, yang
bisa langsung diserap ke aliran darah selama pencernaan.
Fruktosa ditemukan oleh kimiawan Perancis Augustin-Pierre Dubrunfaut pada tahun 1847. Fruktosa murni rasanya sangat manis,
warnanya putih, berbentuk kristal padat, dan sangat mudah larut dalam
air. Fruktosa ditemukan pada tanaman, terutama pada madu, pohon buah, bunga, beri dan sayuran.
Di tanaman, fruktosa dapat berbentuk monosakarida dan/atau sebagai komponen
dari sukrosa.
Sukrosa merupakan molekul disakarida yang
merupakan gabungan dari satu molekul glukosa dan
satu molekul fruktosa (Stoker,2012).
h. Sukrosa
ukrosa merupakan suatu
disakarida yang dibentuk dari monomer-monomernya yang berupa unit glukosa dan
fruktosa, dengan rumus molekul C12H22O11. Senyawa ini dikenal sebagai sumber
nutrisi serta dibentuk oleh tumbuhan, tidak oleh organisme lain seperti hewan
Penambahan sukrosa dalam media berfungsi sebagai sumber karbon. Sukrosa atau
gula dapur diperoleh dari gula tebu atau gula beet. Unit glukosa dan fruktosa
diikat oleh jembatan asetal oksigen dengan orientasi alpha. Struktur ini mudah
dikenali karena mengandung enam cincin glukosa dan lima cincin fruktosa. Proses
fermentasi sukrosa melibatkan mikroorganisme yang dapat memperoleh energi dari
substrat sukrosa dengan melepaskan karbondioksida dan produk samping berupa
senyawaan alkohol. Penggunaan ragi (yeast) ini dalam proses fermentasi diduga
merupakan proses tertua dalam bioteknologi dan sering disebut dengan
zymotechnology. Sukrosa diproduksi sekitar 150 juta ton setiap tahunnya
(Sitorus, 2010).
i.
Maltosa
Maltosa, atau gula gandum, adalah disakarida yang terbentuk dari dua
unit glukosa bergabung dengan ikatan α(1 → 4), terbentuk dari reaksi
kondensasi. Para isomaltose isomer memiliki dua molekul glukosa dihubungkan
melalui ikatan α(1 → 6). Maltosa adalah anggota kedua dari seri biokimia
penting dari rantai glukosa. Maltosa adalah disakarida dihasilkan ketika
amilase memecah pati. Hal ini ditemukan dalam biji berkecambah seperti gandum.
Hal ini juga dihasilkan ketika glukosa terbakar. Maltosa dapat dipecah menjadi
dua molekul glukosa dengan hidrolisis. Dalam organisme hidup, enzim maltase
dapat mencapai ini dengan sangat cepat. Di laboratorium pemanasan dengan asam
yang kuat untuk beberapa menit akan mendapatkan hasil yang sama (Cairns, 2010).
j.
Pati
adalah karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air, berwujud
bubuk putih, tawar dan tidak berbau. Pati merupakan bahan utama yang dihasilkan
oleh tumbuhan untuk menyimpan kelebihan glukosa (sebagai produk fotosintesis)
dalam jangka panjang. Hewan dan manusia juga menjadikan pati sebagai sumber
energi yang penting. Pati tersusun dari dua macam karbohidrat, amilosa dan
amilopektin, dalam komposisi yang berbeda-beda. Amilosa memberikan sifat keras
(pera) sedangkan amilopektin menyebabkan sifat lengket. Amilosa memberikan
warna ungu pekat pada tes iodin sedangkan amilopektin tidak bereaksi.
Penjelasan untuk gejala ini belum pernah bisa tuntas dijelaskan (Kelter, 2008).
k.
Dekstrin
Dekstrin merupakan
sejenis oligosakarida yang
dihasilkan dari aktivitas pemecahan polisakarida (pati atau glikogen). Dekstrin
dapat berupa α-1,6 dan α-1,4. Dekstrin dapat digunakan untuk berbagai
pelapis untuk produk farmaseutikal, lem yang dapat dimakan, dan sealant. Maltodekstrin digunakan
untuk menggantikan lemak dan minyak, menyedikan 4 kkal per gram bahan padatan (Ghali, 2010).
C. Hasil Percobaan Dan
Pengamatan :
1. Uji Molisch
a. Tuliskan data hasil uji Molisch
Senyawa
|
Hasil Uji
|
Keterangan
|
Glukosa
|
Coklat kehitaman
|
+
|
Sukrosa
|
Coklat kehitaman
|
+
|
Pati
|
Ungu tua
|
+
|
b. Bahas dan
bandingkan data-data hasil uji Molisch dari beberapa sampel dalam percobaan
ini!
Tujuan
dari dilakukannya uji Molisch ialah untuk mengidentifikasi ada atau
tidaknyakandungan karbohidrat dalam suatu bahan. Prinsip uji Molisch adalah
reaksi dehidrasikarbohidrat oleh asam sulfat membentuk cincin furfural. Ketika
bereaksi dengan alfa-naftolakan membentuk kompleks warna ungu pada permukaan (Madan, 2013).
Reaksi
yang terjadi pada uji Molisch adalah
(Slowinski,
2016)
Mekanisme uji
Molisch ialah karbohidrat direaksikan dengan H2SO4
pekat yang menghasilkan cincin furfural dan kompleks warna ungu.
Karbohidrat pada sampel akan dihidrolisis menjadi monosakarida, selanjutnya monosakarida jenis pentosa
akan mengalami dehidrasi
dengan H2SO4 menjadi furfural, golongan heksosa menjadi hidroksi-multi urfural
menggunakan H2SO4 pekat. Pereaksi Molisch yang
terdiri dari alfa-naftol dalam alkohol akan bereaksi dengan furfural tersebut lalu membentuk kompleks
warna ungu. Monosakarida akan
bereaksi lebih cepat daripada disakarida dan polisakarida karena pada monosakarida
langsung bisa mengalami dehidrasi dengan asam sulfat
membentuk furfural, sementara pada disakarida harus diubah dahulu menjadi monosakarida baru bisa
dihidrolisis oleh asamsulfat membentuk furfural. Apabila sampel tersebut
mengandung karbohidrat maka kompleks warna ungu dengan bentuk cincin akan berada pada
permukaan sampel (Westriningsih,2010)
Analisa Prosedur
Pertama-tama
adalah menyiapkan alat dan bahan. Alat dan bahan yang diperlukanantara lain 3
buah tabung reaksi yang sudah di beri nama sesuai dengan sampel yang
digunakan (glukosa, sukrosa, pati) beserta raknya, pipet
ukur 1 ml, pipet tetes, bulb, pipet tetes, H2SO4 pekat, reagen Molisch , dan 3 buah
sampel yang akan diuji yakni glukosa 5%, sukrosa 5%, dan pati 1%. Setelah semua alat dan bahan
siap, maka uji Molisch dapat dimulai. Pertama ambil 1 ml glukosa 5% menggunakan pipet ukusr 1 ml dan
bulb.
Kemudian masukkan 1 ml glukosa
tersebut ke dalam tabung reaksi glukosa. Cuci pipet ukur tersebut hingga bersih
kemudian keringkan. Selanjutnya ambil 1 ml sukrosa 5%
menggunakan pipet ukur 1mlyang sudah dicuci tadi dan menggunakan bulb. Cara
mengambil 1 ml sukrosa 5% menggunakan
pipet ukur sama dengan saat mengambil 1 ml glukosa 5% yakni dengan
menghisap sampai larutan
menggunakan bulb. Kemudian masukkan
1 ml sukrosa tersebut ke
dalam tabung reaksi sukrosa. Cuci pipet ukur tersebut hingga bersih. Gunakan
kembali pipet ukur tersebut untuk mengambil sampel pati
1% sebanyak 1 ml. Setelah itumasukkan 1 ml pati tersebut ke dalam tabung reaksi
pati. Setelah semua tabung terisi sampel, masukkan 2 tetes reagen Molisch ke dalam
masing-masing tabung reaksi menggunakan pipet tetes. Kocok tabung reaksi agar sampel dan reagen
benar-benar tercampur.
Setelah itu masukkan ketiga tabung tersebut ke dalam rak tabung reaksi.
Bawa
rak, pipet ukur 1ml, bulb, serta H2SO4 pekat ke
lemari asam. Ambil 3 ml H2SO4 menggunakan pipet ukur 1ml dan bulb, dalam
mengambil H2SO4 lakukan di dalam lemari asam karena pada lemari asam, terdapat blower yang dapat
menyedot aroma H2SO4 yang berbahaya apabila terhirup oleh manusia. Setelah itu masukkan masing-masing
1ml H2SO4 pekat ke dalam masing-masing tabung reaksi. Dalam memasukkan
H2SO4 pekat ke dalam tabung
reaksi, tabung reaksi harus dimiringkan dan pipet ukur harus ditegakkan agar H2SO4 tidak
langsung bereaksi terhadap sampel, dan agar H2SO4 bereaksi perlahan
melalui dindingtabung reaksi lalu menjalar menuju sampel. Setelah H2SO4
dimasukkan, perhatikan perubahan yang terjadi pada ketiga sampel. Uji positif
ditandai dengan terbentuknya warna ungu pada permukaan.
Pembahasan
Sampel
Sampel yang digunakan untuk uji Molisch adalah
glukosa, sukrosa, dan pati. Uji molisch
digunakan untuk mengidentifikasi adanya kandungan karbohidrat dalam
suatusampel. Apabila sampel yang diuji mengandung karbohidrat, maka akan
terbentuk cincin warna ungu pada
permukaan sampel. Berdasarkan uji Molisch yang telah dilakukan, sampelglukosa
yang belum ditambahkan reagen apapun berwarna bening sedikit keruh, sampel
sukrosa berwarna bening sedikit keruh, dan
sampel pati berwarna putih keruh. Kemudian ditambahkan masing-masing 2 tetes reagen Molisch. Lalu setelah ditambahkan
H2SO4 pekatsebanyak 1 ml pada masing-masing tabung reaksi, warnanya
berubah menjadi hitam padaketiga tabung dan terbentuk cincin ungu pada ketika
sampel berikut. Hal ini sesuai dengan literatur, bahwa sampel akan membentuk cincin ungu pada permukaannya
karena glukosa,sukrosa, dan pati merupakan senyawa yang mengandung karbohidrat (John, 2011).
2.
Uji Yodium
a. Tuliskan data hasil uji Yodium!
Senyawa
|
Hasil Uji
|
Keterangan
|
Dekstrin
|
Merah Anggur
|
+
|
Sukrosa
|
Tidak Berwarna
|
-
|
Glukosa
|
Tidak Berwarna
|
-
|
Pati
|
Biru Kompleks
|
+
|
b. Bahas dan bandingkan data-data hasil uji Yodium dari beberapa
sampel dalam percobaan ini!
Tujuan dilakukannya uji yodium adalah untuk
mengidentifikasi pati dalam suatu bahan.
Uji positif akan menghasilkan warna biru pekat pada sampel. Prinsip uji Yodium
yakni larutan yodium akan bereaksi dengan
pati dengan cara larutan yodium dalam bentuk triiodida dan masuk dalam struktur helikal pati dan menghasilkan warna biru
pekat. Mekanisme uji yodium adalah
kalium iodida yang dimasukkan pada sampel akanmembentuk ion kompleks triiodida.
Triiodida tersebut akan masuk ke struktur helikal patisehingga terbentuk warna
biru pekat atau biru kehitaman (Westriningsih, 2010). Reaksi yangterjadi pada
uji yodium adalah:
(Slowinski, 2016).
Analisa Prosedur
Alat dan bahan yang harus disiapkan adalah cawan petri, kertas hvs putih, pipet
tetes, larutan yodium 5%, dekstrin 5%, maltosa 5%,
glukosa 5%, dan pati 1%. Setelah semua alat dan bahan siap, maka uji yodium sudah dapat
dilakukan. Pertama-tama buat garis seperti tanda + besar pada kertas hvs putih menggunakan pulpen. Lalu
beri nama sesuai dengan
sampel yang digunakkan (dekstrin, maltosa, glukosa, dan pati) pada
masing-masing bagian dari garis tersebut. Tujuan dibuatnya garis tanda + dan
diberi nama adalah untuk
membatasi agar masing-masing sampel tidak tercampur dan pemberian nama
ditujukan agar kita tidak bingung saat membandingkan
sampel tersebut. Letakkan cawan petri diatas garis + pada kertas hvs tersebut. Teteskan satu tetes glukosa
menggunakan pipet tetes
pada bagian koordinat garis yang bertuliskan glukosa. Cuci pipet tetes tersebut
hingga bersih agar sisa glukosa yang masih menempel pada
dinding pipet tetes tidak mengkontaminasi
sampel lain. Kemudian gunakan pipet tetes tersebut untuk meneteskan
satu tetes maltosa pada bagian koordinat garis
yang bertuliskan maltosa. Cuci kembali pipettetes tersebut hingga bersih.
Lalu ambil 1 tetes dekstrin menggunakan pipet tetes yang
bersih dan teteskan pada bagian cawan petri yang
bertuliskan dekstrin. Cuci kembali pipet tetes hingga bersih. Lalu ambil 1 tetes pati menggunakan
pipet tetes yang bersih dan teteskan pada bagian cawan petri yang bertuliskan pati. Setelah semua
sampel diteteskan pada cawan petri, selanjutnya meneteskan 1ml larutan yodium pada
masing-masing sampel. Ambil
larutan yodium menggunakan pipet tetes yang sudah bersih kemudian
teteskan masing-masing 1 tetes larutan yodium pada masing-masing
sampel, kemudian amati
perubahan yang terjadi pada sampel setelah ditetesi larutan yodium. Uji positif
akan
menghasilkan warna biru pekat atau biru kehitaman pada
sampel.
Pembahasan
Sampel
Sampel yang digunakan dalam uji yodium adalah dekstrin,
maltosa, glukosa, danpati. Uji yodium digunakan untuk mengidentifikasi adanya
kandungan pati dalam suatu sampel.
Apabila sampel yang diuji mengandung pati, maka sampel akan berwarna biru pekat
atau biru kehitaman. Sebelum ditetesi dengan
larutan yodium, sampel dekstrin berwarna bening keruh, sampel maltosa berwarna bening keruh, sampel glukosa berwarna
bening keruh, dan sampel pati
berwarna putih keruh. Kemudian setelah ditetesi larutan dekstrin yang tadinya berwarna bening keruh, lalu ditetesi
larutan yodium, dekstrin menjadi berwarna biru kehitaman pekat yang artinya dekstrin mengandung pati karena saat
ditambahkan larutan yodium, dekstrin
berubah warna menjadi biru kehitaman. Sedangkan pada sampel maltosa, sebelum ditetesi dengan larutan yodium,
sukrosa berwarna bening keruh, namun setelah ditetesi dengan larutan yodium sampel menjadi berwarna cokelat
bening kemerahan (karena tercampur
dengan larutan yodium yang berwarna coklat kemerahan) yang menandakan bahwa sukrosa tidak mengandung pati
karena saat sampel ditetesi dengan larutan
yodium tidak mengubah sampel menjadi warna biru pekat maupun biru kehitaman.
Setelah itu pada sampel glukosa, sebelum
ditetesi dengan larutan yodium, sampel glukosa berwarna bening keruh, namun setelah ditetesi dengan larutan yodium, sampel
berwarna cokelat bening kemerahan
(karena tercampur dengan larutan yodium yang berwarna cokelat kemerahan) yang menandakan bahwa glukosa tidak
mengandung pati karena saat sampel ditetesi
dengan larutan yodium tidak mengubah sampel menjadi warna biru pekat maupun
biru kehitaman. Dan pada sampel pati,
sebelum ditetesi dengan larutan yodium, pati berwarna putih keruh, setelah ditetesi dengan larutan yodium, sampel
berubah warna menjadi biru pekat yang
menandakan bahwa sampel pati mengandung pati. Sehingga berdasarkan uji Yodium menggunakan 4 sampel yang
berbeda yakni dekstrin, maltosa, glukosa,
dan pati, yang mengandung pati adalah dekstrin dan pati. Hal tersebut sudah
sesuai dengan literature yang menyatakan
bahwa saat dilakukan uji yodium, maka sampe lyang mengandung pati akan menunjukkan warna biru pekat atau biru
kehitaman(Abdurahman, 2008), dan pada literature lainnya menyatakan yang
mengandung pati adalah dekstrin dan
pati (John,
2011).
3. Uji
Barfoed
a. Tuliskan
data hasil Barfoed test!
Senyawa
|
Hasil Uji
|
Keterangan
|
Glukosa
Laktosa
|
Terdapat endapan merah bata (cepat)
|
+
|
Fruktosa
|
Terdapat endapan merah bata (cepat)
|
+
|
Maltosa
|
Terdapat endapan merah bata (lama)
|
+
|
Sukrosa
|
Tidak dihasilkan endapan merah bata
|
-
|
b. Bahas dan bandingkan data-data hasil uji Barfoed dari beberapa sampel dalam percobaan ini!
Uji Barfoed dilakukan untuk mengidentifikasi sampel yang mengandung
gugus gula pereduksi dalam suasana asam. Uji positif akan menghasilkan endapan
berwarna merah bata. Prinsip uji Barfoed adalah gula pereduksi dicampurkan
dengan reagen Barfoed sehingga menghasilkan endapan kupro oksida berwarna merah
bata. Mekanisme uji Barfoed adalah Cu2+ yang berada pada reagen Barfoed dalam
suasana asam akan direduksi lebih cepat oleh gugus gula reduksi monosakarida
daripada disakarida dan menghasilkan Cu2O (kupro oksida) berwarna merah bata.
Sedangkan dehidrasi fruktosa oleh HCl pekat menghasilkan hidroksimetilfurfural
dan dengan penambahan resorsinol akan megalami kondensasi membentuk senyawa
kompleks berwarna merah. Reaksi pada monosakarida lebih cepat daripada senyawa
disakarida karena pada senyawa disakarida, senyawa disakarida harus diubah
dahulu menjadi monosakarida (Madan, 2013).
Reaksi yang terjadi
pada uji Barfoed adalah
(Slowinski,
2016).
Analisa Prosedur
Dalam
melakukan uji Barfoed, alat dan bahan yang harus disiapkan adalah 3 buah
tabung reaksi yang diberi nama sesuai dengan sampel yang
digunakan yakni glukosa, fruktosa
dan sukrosa. Kemudian diperlukan juga rak tabung reaksi, pipet ukur 10 ml,
bulb,
pipet tetes, air, gelas beker 250 ml, penjepit kayu,
penangas air, reagen barfoed, serta sampel yakni glukosa 5%, fruktosa 5%, dan sukrosa 5%.
Setelah alat dan bahan siap uji Barfoed dapat dilakukan. Pertama isi gelas beker 250 ml menggunakan air
lalu didihkan di
atas penangas air. Sambil menunggu air mendidih, ambil glukosa menggunakan pipet tetes
kemudian masukkan 5 tetes glukosa ke dalam tabung reaksi
glukosa. Cuci pipet tetes hingga
bersih agar saat pipet tetes digunakan untuk mengambil sampel lain, sampel
tersebut
tidak terkontaminasi. Setelah itu ambil fruktosa
menggunakan pipet tetes yang telah bersih kemudian masukkan 5 tetes fruktosa ke dalam tabung reaksi
fruktosa. Lalu cuci kembali pipet tetes hingga bersih. Setelah itu ambil sukrosa menggunakan pipet
tetes lalu teteskan 5tetes sukrosa ke dalam tabung reaksi sukrosa. Setelah
keempat tabung terisi sampel, ambi lsebanyak 4 ml reagen Barfoed menggunakan pipet ukur 10
ml. Dalam mengambil 4 mlsampel menggunakan pipet ukur 10 ml, caranya adalah
hisap sampel menggunakan bantuan
bulb hingga mencapai skala angka 6 pada pipet ukur 10 ml. Kemudian masukkan 1ml
reagen Barfoed ke dalam masing-masing tabung reaksi, kemudian homogenkan dengan
menggoyang-goyangkan tabung reaksi. Jika air yang berada
di gelas beker sudah mendidih, masukkan ketiga tabung tersebut ke dalam gelas beker tesebut. Lakukan
secara hati-hatikarena gelas beker sangat panas akibat pemanasan dengan
penangas, gunakan penjepit kayu untuk memudahkan peletakkan tabung reaksi ke dalam gelas beker.
Biarkan tabung reaksi
tersebut dipanaskan menggunakan air mendidih, tunggu hingga seluruh tabung
reaksi
menghasilkan endapan, namun apabila setelah dilakukan
pemanasan cukup lama namun terdapat tabung reaksi yang tetap tidak menunjukkan menghasilkan endapan
merah bata maka pemanasan
dapat dihentikan. Ambil keempat tabung tersebut secara satu persatu
menggunakan penjepit kayu agar tangan tidak panas.
Setelah itu jejerkan ketiga tabung tersebut pada rak tabung reaksi lalu perhatian perubahan
dan perbedaan masing-masingtabung.
Pembahasan
Sampel
Sampel yang digunakan pada uji Barfoed adalah
glukosa, fruktosa, maltosa, dan sukrosa.
Sebelum ditambahkan reagen Barfoed, semua sampel tersebut berwarna bening
kerung. Setelah ditambahkan masing-masing 1
ml reagen Barfoed, semua sampel di dalam tabung berubah warna menjadi biru muda bening. Kemudian sampel tersebut
dipanaskan pada air mendidih yang
berada di gelas beker 250 ml, yang dipanaskan diatas penangas air.Setelah
dilakukan pemanasan, terlihat bahwa dihasilkan endapan merah bata pada tabung
reaksi dengan sampel fruktosa, dan dapat
diketahui bahwa fruktosa memiliki gugus gula pereduksi. Kemudian sampel glukosa mulai menghasilkan endapan merah bata,
dan dapat diketahui bahwa glukosa memiliki
gugus gula pereduksi. Sedangkan setelah sekian lama dipanaskan namun tidak ada tanda-tanda
terbentuknya endapan merah bata pada sampel sukrosa, yang menandakan bahwa sukrosa tidak mengandung gugus gula
pereduksi. Jadi berdasarkan uji yang
telah dilakukan maka dapat disimpulkan yang mengandung gugus gula pereduksi adalah glukosa, fruktosa, dan maltosa.
Karena saat dipanaskan ada penangas air terbentuk endapan merah bata pada ketiga sampel tersebut dan hal tersebut
juga sudah sesuai dengan literature yang menyatakan
bahwa glukosa dan fruktosa mengandung gugus gula pereduksi (Lyons, 2010).
4. Uji
Benedict
a. Tuliskan data hasil Benedict test!
Senyawa
|
Hasil Uji
|
Keterangan
|
|
Sebelum Pemanasan
|
Setelah Pemanasan
|
||
Glukosa
|
Biru
|
Merah Bata
|
+
|
Fruktosa
|
Biru
|
Merah Bata
|
+
|
Sukrosa
|
Biru
|
Biru
|
-
|
b. Bahas dan bandingkan
data-data hasil uji Benedict dari beberapa sampel dalam percobaan ini!
Tujuan dari dilakukannya uji Benedict adalah mengidentifikasi adanya
gugus gulapereduksi dalam suasana basa. Reagen benedict yang tersusun atas
tembaga sulfat, larutannatrium karbobat dan natrium sitrat Uji positif akan
menghasilkan endapan berwarna merahbata. Prinsip dari uji Benedict adalah
larutan CuSO4 dalam suasana basa akan direaksikan dengan gula pereduksi sehingga CuO tereduksi menjadi Cu2O yang berwarna
merah bata. Mekanisme dari uji Benedict adalah glukosa
dioksidasi menjadi garam asam glukoranat yangkemudian mereduksi CuO menjadi
Cu2O menjadi merah bata (Brady, 2008). Reaksi yang terjadi pada uji Benedict adalah
(Slowinski,
2016).
Analisa Prosedur
Dalam
melakukan uji Benedict, alat dan bahan yang perlu disiapkan adalah 4 buahtabung
reaksi yang diberi label sesuai dengan sampel yang digunakan (glukosa, maltosa,
fruktosa, sukrosa), rak tabung reaksi, pipet ukur 10ml,
pipet tetes, bulb, bunsen, korek api, penjepit kayu, maltosa 5%, glukosa 5%, fruktosa 5%, dan
sukrosa 5%. Setelah semua alatdan bahan siap, uji Benedict dapat dilakukan.
Pertama-tama ambil glukosa 5% menggunakan pipet tetes kemudian masukkan 2 tetes glukosa ke dalam tabung
reaksi yang berlabel
glukosa. Setelah itu cuci pipet tetes hingga bersih. Pipet tetes perlu dicuci
setiap
setelah selesai digunakan untuk mengambil sampel agar
jika pipet tersebut digunakan untuk mengambil sampel lain, maka sampel tersebut tidak
terkontaminasi. Selanjutnya ambil fruktosa 5% menggunakan pipet tetes yang bersih dan
masukkan 2 tetes fruktosa ke dalam tabung reaksi dengan label fruktosa. Cuci kembali pipet
tetes tersebut hingga bersih. Setelah itu ambil sukrosa 5% menggunakan pipet tetes yang sudah
bersih dan masukkan 2 tetes sukrosa ke dalam tabung reaksi dengan label sukrosa. Begitu juga dengan
maltosa. Setelahsemua tabung reaksi berisi sampel yang sesuai dengan labelnya,
maka langkah selanjutnya adalah
menambahkan 1 ml reagen Benedict ke dalam masing-masing tabung sampel. Ambil
3 ml reagen Benedict menggunakan pipet ukur 1ml dengan
menyedot reagen Benedict menggunakan
bulb hingga mencapai skala angka 7 pada pipet ukur. Kemudian masukkan 1ml
reagen Benedict ke dalam masing-masing tabung yang berisi sampel kemudian
homogenkan dengan menggoyang-goyangkan tabung. Setelah
semua sampel terisi reagen Benedict, nyalakan api Bunsen menggunakan korek api, usahakan agar api
stabil dan tidak goyang-goyang
karena terkena angin. Setelah itu ambil tabung reaksi dengan label
glukosa, jepit tabung reaksi tersebut dengan penjepit kayu, kemudian letakkan diatas
Bunsen sambil
digoyangkan kekiri dan kekanan. Beri jarak antara ujung lidah api dengan ujung
tabung agar pemanasan dapat terjadi secara perlahan dan
dengan suhu yang tidak terlalu tinggi. Pemanasan tidak boleh dengan api terlalu dekat/dengan suhu tinggi
karena reagen Benedict tidak
tahan dengan suhu tinggi. Lakukan pemanasan dengan menggoyangkantabung ke kanan
dan kekiri agar bagian bawah tabung tetap mengenai api namun tidak
sepanas pemanasan dengan api Bunsen terus menerus.
Lakukan terus menerus hingga terjadi perubahan pada sampel, perubahan yang terjadi adalah sampel berubah
warna
menjadi merah bata. Apabila sekiranya sudah dipanaskan cukup
lama namun tidak terjadi perubahan
apa-apa maka pemanasan dapat dihentikan. Uji positif dinyatakan dengan
sampel berubah warna menjadi warna merah.
Pembahasan Sampel
Dalam uji
Benedict digunakan glukosa, fruktosa, maltosa dan sukrosa. Uji Benedict
digunakan untuk mengidentifikasi adanya gugus gula
pereduksi dalam suasana basa. Ujipositif akan menghasilkan warna merah bata.
Sebelum keempat sampel ditambahkan dengan reagen Benedict, keempat sampel tersebut berwarna
bening keruh, setelah ditambahkan
reagen Benedict, ketiga sampel tersebut berwarna biru kehijauan, kemudian
setelah dipanaskan dengan panas api Bunsen, sampel
glukosa dan fruktosa berubah menjadi warna merah hati dan sampel sukrosa tetap berwarna biru muda
walaupun sudahdipanaskan dengan waktu yang sama dengan pemanasan sampel lainnya
sedangkan maltosa
perubahan warna membutuhkan waktu yang sangat lama saat pemanasan. Dari hal
tersebut dapat disimpulkan bahwa sampel yang mengandung
gugus gula pereduksi adalah glukosa, maltosa dan fruktosa.hal tersebut sudah sesuai
dengan literature, yang menyatakan bahwa glukosa, maltosa dan fruktosa mengandung gugus
gula pereduksi (Brady, 2008).
PERTANYAAN
1.
Bagaimana mengidentifikasi gula pereduksi sampel
pada uji Benedict?
Cara mengidentifikasi gula pereduksi sampel pada uji Benedict
adalah, masukkan 2 tetes sampel yang ingin diuji ke dalam tabung reaksi.
Kemudian masukkan 1 ml reagen Benedict ke dalam tabung sampel dan homogenkan.
Setelah itu panaskan tabung reaksi tersebut diatas api bunsen sambil
digoyangkan ke kiri dan ke kanan agar panas dari api bunsen tidak merusak
reagen Benedict, karena reagen Benedict tidak tahan terhadap panas. Setelah
dilakukan pemanasan menggunakan reagen Benedict, apabila sampel tersebut
berubah warna menjadi merah bata, maka dapat dihasilkan bahwa sampel tersebut
memiliki gugus gula pereduksi. Apabila sampel yang diuji tidak berubah warna sama
sekali saat pemanasan maka dapat disimpulkan bahwa sampel tersebut tidak memiliki
gugus gula pereduksi (Lyons, 2010).
2. Bagaimana mengidentifikasi
adanya pati dalam sampel dengan uji Yodium?
Uji iodium merupakan
salah satu uji dalam uji karbohidrat yang bertujuan untuk menentukan
polisakarida. Prinsip pada percobaan ini yaitu untuk mengetahui kandungan
polisakarida seperti adanya dekstrin, amilum atau pati dan glikogen pada bahan
makanan yang diujikan. Amilum atau pati pada iodium menghasilkan warna biru.
Sedangkan dekstrin menghasilkan warna merah ungu. Semakin pekat perubahan warna
pada bahan makanan yang diujikan, semakin besar kandungan polisakarida yang
terkandung didalamnya. Pada uji iodium, pati menunjukan reaksi positif bila
direaksikan dengan iodium. Hal ini disebabkan karena dalam larutan pati
terdapat unit-unit glukosa yang membentuk rantai heliks karena adanya ikatan
dengan konfigurasi pada tiap unit glukosanya. Bentuk ini dapat menyebabkan
warna biru tua pada komplek tersebut (Lyons, 2010).
KESIMPULAN
Prinsip uji Molisch adalah reaksi dehidrasi
karbohidrat oleh asam sulfat membentukcincin furfural. Ketika bereaksi
dengan alfa-naftol akan membentuk kompleks warna ungu pada permukaan. Prinsip uji Yodium yakni larutan
yodium akan bereaksi dengan pati dengan cara larutan yodium dalam bentuk triiodida dan masuk dalam struktur helikal
pati dan menghasilkan warna biru
pekat. Prinsip uji Barfoed adalah gula pereduksi dicampurkan dengan reagen Barfoed sehingga menghasilkan
endapan kupro oksida berwarna merahbata. Prinsip dari uji Benedict adalah
larutan CuSO4 dalam suasana basa akan
direaksikan dengan gula pereduksi
sehingga CuO tereduksi menjadi Cu2O yang berwarna merah bata.Tujuan
dilakukannya uji Molisch adalah mengidentifikasi ada atau tidaknya kandungan
karbohidrat dalam suatu sampel. Tujuan
dilakukannya uji yodium adalah untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya pati dalam suatu sampel.
Tujuan dilakukannya uji Barfoed
adalah untuk mengidentifikasi sampel yang mengandung gugus gula pereduksi
dalam suasana asam. Tujuan dari dilakukannya
uji Benedict adalah mengidentifikasi adanya gugus gula pereduksi dalam suasana basa. Berdasarkan seluruh uji yang
dilakukan pada seluruh sampel, dapat
disimpulkan yang mengandung karbohidrat dalam uji Molisch adalah glukosa, sukrosa, dan pati. Yang mengandung pati
dalam uji Yodium adalah dekstrin danpati. Yang mengandung gugus gula reduksi
dalam suasana asam pada uji Barfoed adalah glukosa dan fruktosa, sedangkan yang mengandung gugus
gula pereduksi pada suasana basa
adalah glukosa, dan fruktosa
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, Howard C., Shelly J Prince. 2010. Kalkulasi Farmasetik Panduan untuk Apoteker. USA: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Cairns, Donald. 2010. Intisari Kimia Farmasi Edisi 4. USA: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Ghalib, Ahmad Kholish. 2010. Buku Pintar Kimia. Jakarta: Powerbooks
Kelter , Paul B., Michael D. Mosher, Andrew Scott. 2008. Chemistry: The Practical Science, Vol.10. USA: Cengage Learning
Nepean, Laurent. 2012. General, Organic, and Biological Chemistry. USA: Cengage Learning
Rasyid, M. 2009 . Kimia Organik. Makassar: Universitas Negeri Makassar
Ratna, Diah Sari. 2010. Kimia Organik. Bandung: Institut Teknologi Bandung
Sitorus, Marham. 2010. Kimia Organik. Yogyakarta: Graha Ilmu
Stoker, H. Stephen. 2012. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan Program Strata 1 Fakltas Bioeksakta. Jakarta: EGC
DAFTAR PUSTAKA TAMBAHAN
Abdurahman, Deden. 2008. Biologi
Kelompok Pertanian. Bandung: Grafindo
Media Pratama
Brady, James E. 2008. Chemistry:
The Study of Matter and its Changes. Oakland: Wiley PLUS Flinn, Batavia. 2011. MSDS. London: Rick & Co PressGandjar,
John. 2011. Organic
Chemistry Eight edition. Ontario: Brooks Cole Madan, R.L. 2013. Organic Chemistry. New Delhi:
Tata McGraw-Hill Education
Lyons, Frank. 2010. Fructose
Exposed: The Sweet Truth About Aremica’s Expanding
Waisline and Failing Health. New York: Qulon
Press Private Ltd
Slowinski, Abraham. 2016. Chemical Principles In The Laboratory. Boston: Cengage Learning
Westriningsih. 2010. Intisari Kimia. Yogyakarta: CV ANDI OFFSET Winarsi,
Komentar
Posting Komentar